Kuis

4 2 1
                                    

Pak Aslam membacakan soal keempat Kuis yang membuat beberapa dari mereka bersorak mengeluh saat mendengar pertanyaan. Bagaimana tidak, Pak Aslam sangat terkenal dari semua kalangan siswa di sekolah karena kekejamannya dalam memberi soal mata pembelajaran MTK. Ia tiba-tiba masuk dan langsung menyuruh semua siswa Kelas Ipa 1 mengeluarkan kertas selembar.

"Gak sanggup gue. Soal ketiga aja belum selesai lah ini sudah lanjut ke soal keempat," Nata menyimpan pulpennya di atas kertas kuisnya karena tak sanggup menjawab soal yang di berikan Pak Aslam yang waktunya sudah hampir selesai.

"Lihat jawaban gue aja, ini," Bisik Hira yang ada di depan karena tak mau melihat temannya sengsara.

"Hira!" Tegur Pak Aslam membuat Hira yang sedang menulis mengangkat kepalanya dan tersenyum bersalah.

"Balik ke depan dan jangan kasi contekan sama teman kamu!"

"Si...siap Pak," Cicitnya melirik sahabatnya yang mengatakan tidak papa padanya.

Bukan hanya sahabat Hira saja. Beberapa teman kelas Hira juga kebanyakan tak melanjutkan kuis yang di berikan Pak Aslam. Mereka hanya sanggup menjawab sampai dengan soal nomor dua, itupun mereka tak yakin kalau jawaban mereka benar.


"Selesai. Sekarang kumpulkan pekerjaan kalian," Instruksi Pak Aslam.


Hira kembali duduk pada bangkunya dan menatap bersalah pada sahabatnya. Hira merasa sebagai sahabat yang tak ada gunanya karena tak bisa membantu mereka.

"Pasti gak enakan nih anak, gak pernah berubah lo," Celetuk Nata.

"Gak usah merasa bersalah kali," Wadya menepuk bahu sahabatnya yang memasang tampang sedihnya.

"Gak enak sama kalian. Lagian Pak Salam jahat banget,"

"Pak Aslam Hir, bukan Salam," Koreksi Titian.

"Iya Pak Aslam. Dia jahat banget nyusahin orang lain buat jawab soal sulit tadi,"

"Emang soalnya sulit menurut lo?" Tanya Yerika.

"Enggak," Jawab Hira dengan polosnya.


Mereka berempat menghela nafas panjang. Sudah tahu bagaimana sifat sahabat mereka dari dulu. Kata-katanya biasanya tak masuk akal membuat mereka sepenuhnya hanya memaklumi saja.

"Saya sudah memeriksa hasil kerja kalian semua. Dari dua puluh enam siswa yang hadir saya merasa senang karena empat besar yang saya harapkan menuntaskan kuis yang sebelumnya hanya bisa di selesaikan oleh dua orang saja kini bertambah," Ucapan Pak Aslam membuat semuanya penasaran.

"Siapa orangnya Pak?" Tanya Seno salah satu siswa yang masuk dalam peringkat sepuluh besar.

"Hira Lalita Anarkana menjawab semua soal dengan benar. Saya bangga sama kamu karena kamu siswa yang berhasil menyelesaikan kuis dengan benar," Ucapan Pak Aslam membuat semuanya langsung bertepuk tangan sedangkan sahabat Hira sendiri berteriak dan heboh sendiri karena sahabat mereka berhasil.

"Apaansih kalian, jangan lebay deh," Hira menegur sahabatnya walau tak ia pungkuri pipinya kini memerah karena terlalu banyak mendapatkan pujian.

"Terus nilai tertinggi kedua siapa Pak?" Tanya Kama.

"Bintang Sekarlasih," Ucap Pak Aslam membuat semuanya melirik Bintang yang duduk di depan. "Kamu masih tidak bisa menjawab soal ke lima bintang, saya harap kamu belajar lagi dan lebih teliti menjawab soal yang saya berikan."

"Iya Pak."

"Ada yang takut nih," Sindir Seno. Ia teramat tak menyukai bahkan anti pada Bintang. Walaupun Seno adalah laki-laki, ia tipikal kalau suka ya suka kalau tidak ya tidak, begitulah dia.

QUEEN STIKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang