"Ini stiker buat lo karena sudah bantu gue, makasih ya Sonia."
Hira berterima kasih pada Sonia karena membantunya membawa buku ke ruang guru. Awalnya Hira kesal karena di suruh oleh Pak Hamid di saat ia baru pulang dari toilet, untungnya ada Sonia yang membantunya sehingga ia tidak susah membawa buku sebanyak ini.
"Sama-sama Hir, gue senang kok bantu lo. Itung-itung ingat kebaikan gue, siapa tahu nanti lo kasi jawaban sama gue hahaha."
"Astaga Sonia, kalau minta gak papa kali. Gue bukan sepelit itu kali soal masalah jawaban."
"Lo baik banget sih, beda banget sama Bintang."
Hira berhenti melangkah di ikuti Sonia karena dari sepengetahuan sahabatnya Sonia adalah teman dekat Bintang, tapi mendengar perkataan Sonia yang seakan mengarah lain soal Bintang, Hira jadi bingung.
"Loh Bintang kenapa?"
"Ya dia pelit," Dengusnya.
"Loh kalian kan teman dekat gue dengar-dengar,"
Sonia menghela nafas pendek. "Gue mau berteman dekat sama dia supaya dia sedikit ngajarin gue dan bantu gue soal pembelajaran. Tapi kayaknya cuma gue deh yang selama ini anggap dia teman dan bantu dia. Dia mana pernah bantu gue kalau soal belajar."
"Lo gak boleh ngomong gitu," Walaupun Hira membenci Bintang ia tak sejahat itu mengambil kesempatan memprovokasi teman dekat dari Bintang.
"Lo gak ngerti Hir. Hampir 3 tahun gue berusaha jadi teman baik dia di saat anak-anak jauhi dia karena terlalu egois dan ambius soal belajar. Gue hampir tiap kali mohon sama di saat gue butuh bantuan banget soal belajar tapi dia mana pernah mau bantu gue,"
"Gue gak pengen punya peringkat kok di kelas atau mau geser peringkat dia. Tapi sekali aja ngertiin gue dan bantu gue minimal ajari gue soal yang gue gak pahami, itu aja. Gue gak minta apa-apa selain itu," Curhat Sonia.
Hira mengelus bahu Sonia menenangkan gadis itu.
"Gue ngerti kok. Mulai sekarang kalau lo butuh bantuan atau perlu di ajari ke gue aja langsung. Gue gak keberatan kok, kita kan teman."
"Makasih Hir, gue senang banget jadi teman lo."
"Sama-sama. Yuk kita ke kelas."
•••
Pak Aslam tidak jadi masuk karena menantunya sedang melahirkan dan itu adalah cucu pertamanya. Kelas IPA 1 bersorak kesenangan saat Kama menginformasikannya.Beberapa anak kelas pergi ke kantin dan beberapa lainnya ada di kelas dan entah kemana.
Hira dan sahabatnya bergosip sambil makan di tempatnya dan tak lama kemudian beberapa teman kelas ikut nimbrung termasuk Sonia dan Beby.
"Sonia kok teman lo gak di ajakin?" Tanya Wadya.
"Siapa?"
"Alya sama Asilah lah, masa Bintang," Nata mengerlingkan matanya membuat Sonia menyengir bersalah.
"Sorry-sorry, gue sudah ngajakin mereka gabung tapi katanya malu,"
"Loh Malu kenapa?" Tanya Hira.
"Malu sama lo," Citit Sonia.
"Ya ampun gak usah malu kali, panggil gih, "Suruh Hira.
"Tapi emang gak papa?"
"Ya gak papa Soni, kecuali lo ngajaki si Bintang kejora baru deh kita gak mau," Ketus Yerika sengaja membesarkan sedikit suaranya, berharap Bintang mendengarnya dan sakit hati.
"Oke gue panggil dulu, tapi jangan panggil gue Soni, gue bukan merek Hp," Celetuknya membuat mereka terkekeh.
"Sana-sana panggil mereka," Suruh Wadya yang di angguki Sonia.

KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN STIKER
Teen FictionHira Lalita adalah perempuan penyuka emoji stiker. Gadis berusia 17 tahun itu akan memberikan stiker kepada orang-orang yang membuat gadis itu kesal ataupun di sukainya. Gadis itupun di pertemukan dengan laki-laki yang kerap kali di Bully di sekolah...