Hira Pingsan

3 1 0
                                        

Niki di bully lagi oleh Kama dan temannya. Saat pulang sekolah tadi mereka memasukkan sampah ke mulut Niki. Ini sudah berkali-kali mereka lakukan dan Niki seperti biasanya tak akan melawan.

Niki memuntahkan semua isi yang ada di mulutnya. Mengelapnya dengan tangannya. Ia nyaris terjungkal karena kaget melihat seorang gadis yang sudah keberapa kalinya menemukannya seperti ini.

"Ini min----" Niki melongos pergi dari sana karena kehadiran gadis itu tak akan membantunya. Gadis itu tahu semuanya tapi ia hanya diam. Apa gunanya jika tak tahu semuanya tapi tak bisa membantunya.

"Maaf Niki,"

Niki berhenti, ia tak dendam pada gadis itu tapi mengapa ia berdiri di hadapannya seolah-olah ia ada di pihak Niki.

"Aku gak bisa apa-apa."

Niki tersenyum miring kemudian melanjutkan langkahnya pergi dari sana. Benar kata orang, cinta itu bisa membuat orang buta. Seperti Bintang misalnya, ia tahu semua kelakuan laki-laki yang ia cintai tapi masih saja menyembunyikan kejahatannya.

Niki bersandar di dinding toilet. Dimana ia bisa mengadu nasibnya. Tak sadar air matanya jatuh karena lelah menghadapi cobaan yang berat ini. Pikir saja, hampir sebelas tahun ia merasakan hal ini. Di siksa, di ceburin di kolam renang, di lempari batu, dan parahnya di paksa makan makanan sampah. Menyedihkan bukan?

"Tuhan aku lelah."



•••
Hira mengajak teman-temannya ke Kafenya yang baru di buka hari ini. Banyak pelanggan yang datang dan lebih dominan anak mahasiswa. Teman-temannya bilang mereka akan sering kesini karena mau cari perhatian dengan anak kuliah.

Asik bercerita Nandina datang membuat mereka berhenti bercerita sejenak.

"Hira kamu coba cari Harva ya Nak, kayaknya dia di luar deh main sama tukang parkir. Mama mau bantu di dapur dulu,"

"Iya Ma,"

"Makasih ya sayang. Tante masuk dulu ya, kalian lanjut lagi,"

"Iya tante," Sahut mereka semua.

"Guys gue cari adik gue dulu ya,"

"Iya Hir, kita mah gak papa di tinggalin. Mau bermalam pun gak papa, demi cowok ganteng. Gimana guys?" Celetuk Wadya.

"Iya dong!"Mereka terkekeh  sedangkan Hira hanya menggelengkan kepalanya.

Hira keluar mencari Harva dan berkacak pinggang saat melihat Harva dari belakang sedang berbicara dengan orang asing. Benar-benar anak itu, gak tahu apa kalau sekarang banyak penculikan.

"Hiks....sakit."

Loh-loh Harva nangis. Hira langsung lari dengan khawatir dan saat sudah dekat jantungnya langsung berhenti sejenak. Bayangan masa lalu mulai bersarang di kepalanya.

Hira mengepalkan tangannya saat tahu siapa yang duduk di dekat Harva.

"Hira," Ucap orang itu dengan pela.

"Kakak," Lirih Harva langsung merentangkan tangannya.

Namun saat Hira menggendong adiknya Harva langsung meringis memegangi lututnya.

Hira menatap lutut Harva yang sedikit mengeluarkan darah.

"Ini kenapa?" Tanya Hira pada Harva.

"Harva tadi ja---" Abimana berhenti berbicara ketika mendapatkan tatapan tajam dari Hira.

"Lain kali jangan dekat-dekat sama orang asing, dengar kata Kakak, oke?"

"Iya kak, tapi om ini baik nolongin Halva, makasih ya om."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

QUEEN STIKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang