Dista berlarian di koridor rumah sakit. Kabar dari Bu Ami yang mendadak tadi mengejutkan mimpinya di siang panas ini. Bu Ami mengabarkan Mbak Thallia kecelakaan. Tentu Dista panik bukan main, tetangga rasa saudara perempuan yang baik hati itu tengah tertimpa kemalangan. Baru saja pagi tadi keduanya bertemu di toko sayur milik Pak Amad dan berbincang tentang Bima, anak Thallia dan juga Zidan yang berusia lima tahun itu ingin mengajak Dista jalan-jalan katanya.
Dista menoleh ke kanan serta ke kiri, mencari keberadaan Bu Ami saat ini. Dia tak mengajak Ibu ataupun Kakaknya, karena menurut Dista bukan saatnya mereka mengetahui hal ini. Nanti, jika keadaan sudah membaik Dista pasti menghubungi Ibu dan Mas Chandra untuk menjenguk Athallia di rumah sakit.
"Bu Ami?!" pekik Dista memanggil asisten rumah tangga Mbak Thallia. Bu Ami merespon dengan melambaikan tangan. Dista dengan segera menghampiri wanita paruh baya itu. Dista tepat didepan ruang IGD sekarang, dia menatap dari celah jendela kaca, dan tak mendapatkan hasil apapun. Banyak kerumunan perawat serta tenaga medis yang tengah mengelilingi Thallia. Dista juga sudah mendapati Mas Zidan yang duduk diatas kursi tunggu, menunduk dengan baju lusuh yang berlumur darah, pria itu terlihat hanya diam dengan memejamkan kedua matanya.
"Bu! Gimana ini kok bisa Mbak Thallia kecelakaan?" tanya Dista penasaran. Dia bertanya dengan suara lirih, tak terlalu keras.
Bu Ami hanya menggeleng kepala, wanita paruh baya itu terlihat juga menahan tangisnya "Mbak Thallia nabrak pickup mbak, terus oleng dijalan dan naasnya ada mobil yang lewat. Kepalanya berdarah banyak banget tadi, pokoknya gitu Mbak Dis.." terang Bu Ami. Dista yang mendengar saja bahkan merasa pilu bukan main. Dia getir dan cemas dengan keadaan Thallia sekarang. Semoga wanita baik didalam sana segera membaik dan pulih seperti sediakala.
"Terus Bima udah ada yang jemput sekolah Bu? Kalau belum ada, nanti saya bisa jemput, sementara Bima bisa tidur di rumah Dista dulu, nggak mungkin juga dia tahu keadaan Mbak Thallia sekarang.." kata Dista lembut.
Bu Ami hanya menganggukan kepalanya. Dista menaikkan tangannya, melihat jam tangan hitam yang tengah dia pakai. Setengah jam lagi Bima akan keluar dari kelasnya. Dista perlahan mendekat ke arah Zidan yang sedari tadi hanya menundukkan kepala.
"Mas Zidan.." panggil Dista pelan. Pria itu mendongak sebentar seusai namanya dipanggil, Dista dapat melihat air bening itu yang sudah membanjir di seluruh wajahnya. Tangan Dista mengayun pelan kearah bahu Zidan "Mas yang sabar ya, Mbak Thallia bisa ngelewati ini semua, Mas banyak-banyakin doa. Dista juga ikut doa. Oh iya Mas, Bima nanti saya yang jemput ya? Gimana Mas? Sementara Bima tidur dirumah Dista juga nggak papa sampai Mbak Thallia bener-bener pulih..." Dista dengan murah hati dan tulus membantu Zidan yang sedang tertimpa musibah demikian.
"Kamu nggak papa saya titipin Bima, Dis?"
"Nggak papa Mas, Bima udah kaya adek saya sendiri. Selama Mbak Thallia masih dirumah sakit, Bima sama saya aja nggak papa.."
Zidan tersenyum sedikit "Makasih ya Dista.."
Dista mengangguk pelan "Sama-sama Mas, kalo gitu Dista pergi dulu ya.. Nanti sorean Dista kesini lagi sama Ibu dan Mas Chandra.. Permisi Mas.." pamit Dista melenggang pergi. Sedangkan Zidan hanya mampu menatap pintu putih itu dengan perasaan penuh harap. Dunianya, pusat tata surya dan nafas hidupnya tengah berjuang mati-matian didalam sana. Dia hanya berharap Thallia bisa kembali bersamanya. Apapun itu, Zidan hanya ingin Thallia tetap disampingnya.
*****
Dista kembali ke rumah sakit sendirian, dia ingin memastikan kembali keadaan Thallia. Soal Bima, anak kecil gembul itu sudah aman bersama Ibunya dan Mas Chandra. Dista sudah menceritakan seluruh kejadian tadi kepada Bu Sari, Ibu Dista. Dengan raut cemas Bu Sari juga ingin segera menjenguk Thallia yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri, tapi mengingat Bima yang sendiri beliau memilih dirumah dan bergantian untuk menjenguk Thallia. Dista juga tak tahu, Thallia hanya sebatas tetangga yang sudah lama tinggal di depan rumahnya, tapi Dista merasakan bahwa memang mereka dipertemukan untuk menjadi satu keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Bride
FanfictionPradista yang sudah menganggap Athallia beserta sang suami sebagai keluarga, harus rela menjadi pengantin kedua sekaligus Ibu dari Bima Wahyu Pratama, putra tunggal dari keduanya. 11022023 - - Hellothere, 2023.