Zidan tengah berada dikelas Bima sekarang, pertemuan wali murid yang sudah dijadwalkan dari seminggu yang lalu kini Zidan datangi. Dia melihat sekeliling ruangan, hanya ada ibu-ibu muda disini yang menjadi perwalian. Zidan sedikit berdehem, dia juga biasanya melihat Pak Brian yang hadir. Tapi kali ini kok tidak?
"Pak Zidan ya? Ayahnya Bima?" celetuk kecil wanita yang mungkin seusia Thallia . Dia duduk persis disamping Zidan. Pria itu tersenyum dengan mengangguk kan kepala "Iya Mbak, saya Ayahnya Bima.."
"Bima itu aktif lo Pak disekolah, baik juga, temennya banyak. Adisti aja suka cerita tentang Bima.." ceriwisnya. Zidan hanya mengangguk dengan senyum, tak lama kemudian, Bu Ana selaku wali kelas Bima datang, dan rapat pertemuan wali murid itu pun tengah berlangsung kiranya satu jam. Zidan hanya menyimak saja apa hal yang tengah di sampaikan oleh Bu Ana.
Disisi lain, anak-anak tengah asik bermain di area wahana TK. Bima bersama Radit dan Adisti mulai memainkan dempu-dempuan di atas pasir. Mereka cekikikan saat berhasil membuat gundukan besar layaknya gunung "Bima, kamu pikniknya sama siapa hayo? Kan kata Bu Ana harus sama Ibu dan Ayahnya?" Bima yang tengah menyerok pasir ke dalam wadah merah itu terhenti sebentar, dia mendongak menatap Adisti yang juga memandangnya.
"Ya sama Ayah, kan Mama Thallia udah pergi, Bima nggak ada Mama.." eluhnya mulai bangkit untuk pergi dari kedua teman itu. Entah mengapa, jika semua hal terlibat atas nama Mama, Bima jadi sedih dan tak bersemangat, itulah yang terjadi, tapi belum sepenuhnya berdiri, kedua teman Bima tadi mencekal pergelangan tangannya. Radit, anak bertubuh gemuk dan berkulit hitam manis itu tertawa cekakakan tanpa sebab "Ih Bima nggak punya Ibu.." ledek nya dengan menepuk tangan untuk menyoraki.
Bima menyebikkan bibirnya, ingin menangis rasanya, satu persatu temannya berkumpul dan mengelilinginya. Menyoraki atas Bima bahwa anak itu tak mempunyai seorang Ibu. Bima menangis, dia terduduk dengan tangan yang disedekapkan ke arah lutut.
"Bima gendut, jelek, nggak punya Ibu... hahahahaha.." ledek salah satu teman kelasnya. Radit yang memang dasarnya anak nakal, dia ingin menyiram Bima menggunakan pasir yang sudah dia siapkan, saat ingin melakukannya, tangan Radit melayang karena dicekal erat oleh seseorang "Kamu mau ngapain Bima?" Dista berujar dengan mata melotot. Pas sekali bukan? Disaat genting seperti ini, Dista, malaikat Bima telah datang untuk menolongnya.
"Ya Radit ejekin karena nggak punya Ibu!" jawab anak itu tanpa dosa. Sedangkan Bima, dia yang hapal dengan suara Dista segera mendongak, dan berlari untuk menghambur ke pelukan sang wanita. Dista dapat melihat wajah Bima yang memerah, beberapa pasir yang tertinggal di rambut dan juga pipinya.
"Kamu ledekin Bima nggak punya Ibu? Saya Ibunya? Kamu mau apa?" tantang Dista dengan maju ke arah anak-anak bandel tadi "Siapa yang ngajarin gitu? Nggak boleh ya kalian sama temen sendiri saling ejek-ejek an. Nanti, kalau tau Bu Guru, kalian mau di marahi?" peringat Dista dengan pelan tapi penuh dengan tekanan.
Anak-anak itu menggeleng "Janji nggak ngulangi lagi? Saya Ibunya Bima, tiap hari saya jemput dia, apa kalian nggak tau? Nanti kalo tiap saya jemput Bima, mata kalian dipake ya!" Dista berujar dengan perasaan meledak-ledak sesaat.
"Tahu.." jawab Adisti yang hanya menundukkan kepala karena merasa bersalah.
"Ya udah, semua minta maaf sama Bima, satu-satu dan janji nggak ngulangi lagi.." Mereka akhirnya bersalaman dan beberapa anak memeluk Bima sebentar, membisikkan bahwa dia menyesal telah mengejek Bima. Bagas yang masih berada di atas motor Dista akhirnya memilih turun sebentar "Apaan Dis?"
"Biasalah.. anak TK bikin tensi.." jawab Dista enteng. Bagas yang mendengar itu hanya mengangkat bahu tak mau tahu, dia hanya menemani Dista sekarang, menjemput anak tetangga Dista yang katanya sudah Dista anggap sebagai keluarga. Bagas ikut berjongkok disamping Dista, menamatkan netranya pada anak kecil ini "Namanya siapa?" tanya Bagas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Bride
FanfictionPradista yang sudah menganggap Athallia beserta sang suami sebagai keluarga, harus rela menjadi pengantin kedua sekaligus Ibu dari Bima Wahyu Pratama, putra tunggal dari keduanya. 11022023 - - Hellothere, 2023.