二十六 | Namanya Anggita

379 106 27
                                    



"Tuan, Nyonya Laksmi sudah datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuan, Nyonya Laksmi sudah datang. Beliau berada di dapur,"

Galih yang berada di ayunan, segera menutup novel di tangannya begitu suara Chandra terdengar. Sambil membawa novel milik sang istri, Galih beranjak dari sana. Ia pun mengekori Chandra menuju dapur, tempat Laksmi berada. Setibanya di dapur, Galih mendapati ibu mertuanya sibuk sendiri di meja makan. Wanita itu tengah mengeluarkan bawaannya.

Galih lantas menghampiri Laksmi, sementara Chandra langsung meninggalkan mereka berdua.

"Ah, Galih!" sapa Laksmi tatkala melihat Galih di hadapannya.

"Mama dengan siapa kemari?" tanya Galih. Ia meraih tangan Laksmi dan menciumnya.

"Sendiri. Papa kan kerja. Gak bisa anter," sahutnya. "oh, ya, ini mama bawa agak banyak pesanan kamu. Jadi nanti Arunika gak perlu masak lagi."

Dua rantang besar dan beberapa tepak makan berukuran kecil di atas meja tertangkap oleh penglihatan Galih. Senang menyeruak di dada sewaktu Laksmi membuka rantangnya. Di dalam masing-masing wadah itu berisi masakan sang ibu mertua, buah melon yang telah dipotong, asinan dan kue basah. Semua itu adalah kudapan yang Galih inginkan sejak semalam. Meski jumlahnya banyak, Galih bertekad untuk menghabiskan semuanya—dengan harapan tidak muntah setelah makan.

"Nak Galih kalau masih sakit, besok minta antar ke Arunika. Nginep di rumah mama aja. Daripada di sini sendirian," ujar Laksmi sarat akan kekhawatiran.

Galih mencomot sepotong melon dan memakannya sesaat. "Tidak masalah. Ada asisten saya. Tadi yang menemui mama,"

"Yah...tapi apa nak Galih sudah periksa ke dokter?" sang ibu mertua bertanya. Tampak jelas Laksmi tengah mengkhawatirkan menantunya. Galih saat ini terlihat pucat. Pipinya sedikit tirus dan bibirnya kering.

"Belum, Ma. Nanti malam mungkin,"

Galih merasa tidak perlu memeriksakan diri, karena menurutnya, yang perlu diperiksa adalah Arunika. Gejala kehamilan simpatik atau sindrom couvade seperti morning sickness, mengidam, sakit punggung, dan mood swing sudah pernah ia rasakan ketika Nala hamil baik kehamilan pertama maupun kedua. Lantaran ia merasakan lagi gejala itu sekarang, maka ada kemungkinan kalau Arunika tengah mengandung buah hatinya.

Sebetulnya, ada sedikit keraguan yang Galih rasakan saat pertama kali mengalami morning sickness kemarin. Ia mengira hanya masuk angin karena menempuh perjalanan jarak jauh. Namun, ketika melihat kalender bulanan sang istri—ia turut memantau siklus menstruasi Arunika—dirinya tidak melihat penanda baru di bulan kemarin dan bulan ini. Melihatnya, Galih bahagia sekaligus gelisah. Ia bahagia karena akan memiliki anak, meski sempat menundanya karena takut, dan gelisah karena Anggita hadir kembali di hidupnya. Bisa saja Anggita melakukan hal yang mengerikan terhadap Arunika dan calon anak mereka.

"Omong-omong, kalian jadi pindah rumah?" Laksmi yang tengah mengambil piring di rak, kembali bertanya pada Galih.

Lelaki dengan balutan kaus pendek berwarna kuning cerah itu menganggukkan kepalanya walau sang ibu mertua tidak melihatnya. "Iya. Kami jadi pindah. Minggu depan kami mulai tinggal di sana. Walau saya belum sempat minta izin pada papa, saya tetap berencana pindah."

Lembayung Senja ft Lee KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang