Ditinggal menikah oleh sang kekasih 5 tahunnya, membuat Arunika (25) memutuskan untuk menerima pinangan dari seorang editor koran sekaligus majalah bernama Galih (35). Meskipun Galih tampak kaku, kurang modis, dan culun, tidak membuat Arunika merasa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selepas mencuci piring kotor, aku bergegas ke kamar. Niat hati untuk menyiapkan pakaian sekaligus perlengkapan lainnya yang akan dibawa ke Probolinggo. Mumpung malam ini senggang—walau aku masih sebal dengan mas Galih—aku akan merampungkannya supaya besok tidak berat. Besok aku ada jadwal praktikum, kelas ganti, belanja dan tentunya beberapa kegiatan rumah tangga.
Dimulai dari pakaian mas Galih, aku menyiapkan kemeja, kaus, celana dan pakaian dalamnya. Tak lupa, kusiapkan jaket, kaus kaki dan syal—daerah Sukapura sangat dingin sehingga perlu pakaian tebal. Semua pakaiannya lantas kuletakkan di atas kasur. Beralih dari milik mas Galih, kini aku menyiapkan pakaianku sendiri. Sama halnya dengan mas Galih, namun kutambahi dua set baju dinas.
Yah, untuk menyenangkan mas Galih tentu saja.
Usai menyiapkan pakaian, aku mengambil koper milik mas Galih yang berada di atas lemari. Koper hitam yang ditutupi debu ini kemudian kutaruh di lantai. Debu yang menutupi permukaan koper cukup tebal—lama tidak digunakan dan dibersihkan—sehingga perlu dibersihkan dengan kemoceng dan tisu basah. Setelah membersihkannya selama beberapa menit, baru kubuka koper ini.
Begitu membukanya, aku menemukan sebuah kertas putih yang tergeletak di tengah-tengah bagian dalam koper. Kertas itu, saat kulihat, berisikan suatu permintaan yang ditulis tangan entah oleh siapa. Permintaannya cukup sederhana, yakni menjaga mas Galih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ini siapa yang nulis?" gumamku penasaran.
Aku penasaran dengan permintaan sederhana pada kertas itu. Pertama, meminta untuk menjaga mas Galih. Kedua, memanggil mas Galih dengan nama belakangnya, yaitu Janari. Mungkinkah dia seseorang yang istimewa sampai seperti itu?