1

644 26 8
                                    

Ini fic pengganti KNGA, ya, Gengs... Cerita seri modern pertama yang aku publish....

Semoga suka, kalo gak suka bilang, ya, biar aku ganti cerita lain... Soalnya masih banyak fic yang pengen aku keluarin tapi belum benar-benar tamat 😭

Siapa tahu seperti KNGA, setelah dipublis baru bisa tamat 😁




HAPPY READING



Rinnegan High School adalah sekolah elit dan bergengsi yang hanya diisi siswa/siswi dari kalangan atas. Kecuali jika ada dari kalangan bawah yang memiliki otak cerdas selevel Einstein—begitu orang kaya mengoloknya—ada beasiswa khusus yang berlaku. Tentu saja dengan jumlah yang tidak banyak.

Seperti Akasuna Rakuzan, pemuda berambut merah muda pantat ayam dengan pupil mata hitam setajam elang. Kalangan bawah yang memiliki kecerdasan hingga berhasil merebut posisi juara umum pertama selama tiga tahun berturut-turut.

Rakuzan tidak menyukai bullying terhadap kalangan sesamanya baik pada satu angkatan atau juniornya. Entahlah... Karena merasa tidak pernah terintimidasi oleh kalangan atas, dia harus kuat dan berani agar bisa melindungi orang rendah.

Tentu saja dengan mengandalkan kemampuan akademik atau non akademik. Ada sikap ramah di balik sikap dinginnya. Oleh karena itu Rakuzan punya teman-teman yang cukup respek, dan guru-guru juga menyukainya.

Di tahun ajaran akhir ini, Rakuzan juga sudah menyiapkan rencana setelah lulus. Cita-citanya adalah menjadi dokter dan kuliah di luar negeri. Seperti cita-cita ibunya yang tidak pernah tergapai. Ah... Dalam negeri pun tidak masalah jika mendapatkan beasiswa di universitas ternama.

Biar bagaimana pun, kisah asmara Rakuzan juga berlangsung mujur. Dia harus memikirkan hubungan mereka akan dibawa ke mana. Karir dan cinta itu harus adil, tidak boleh dibuat ribet.

Teman-teman dekatnya juga sudah punya rencana. Meskipun banyak dari mereka yang tidak peduli dengan ujian seleksi, tapi uang mereka berbicara.

"Aku mencari kamu dari tadi, Rakuzan."

Pemuda itu mendongak dan tersenyum tipis pada gadis yang memiliki suara khas di telinganya. "Aku makan siang dengan cepat dan langsung kemari, Sarada."

Sarada duduk di samping Rakuzan, "dasar, Kutu Buku!"

Rakuzan terkekeh kecil, padahal dari tadi dia hanya membuat coretan berantakan, tapi banyak makna yang nantinya bisa dia rapihkan.

"Kau akan pergi ke Jerman?" tanya Sarada kesal.

"Hanya rencana, belum tentu lolos, kan?" Rakuzan merangkul sang gadis. Pacarnya. Cantik dan pintar. Pemilik juara umum kedua secara berturut-turut dan belum tergeser.

"Papa tidak mungkin mengizinkan aku sampai ke Jerman." Sarada tahu, Rakuzan mampu melakukannya tanpa uang. Dia tahu pemuda ini seperti apa.

Rakuzan berpikir sejenak. "Mari pikirkan dengan tenang! Batasan kamu sampai mana? Mungkin aku akan mencobanya."

Satu hal yang membuat Sarada suka dari kekasihnya adalah kebijakannya dalam membuat keputusan. Dia bisa melihat kemampuan Rakuzan hanya dari posisinya yang mantan seorang wakil ketua OSIS. "Jika sampai ke luar negeri, paling tidak ke Australia. Di sana ada Paman Itachi. Tapi Papa sudah bilang jauh hari untuk mencari di dalam negeri saja."

Jari Rakuzan merangkul rambut panjang Sarada. "Aku hanya ingin mengambilnya jika ada kesempatan, tapi bukan masalah. Aku juga belum berdiskusi dengan Mama. Jika aku pergi, dia dengan siapa, kan?"

Sarada suka seringaian Rakuzan. "Seharusnya kita langsung menikah saja, biar Papa tidak cemas juga." Sarada terkikik kecil.

Tidak tahu saja hal itu sedikit menyentil ulu hati Rakuzan. Jika bisa, saran Sarada tidak salah. Dia yang berkata tidak ingin pacaran tanpa tujuan. Lalu meskipun hubungan mereka kadang renggang dan sering lengket, mereka sudah awet berada di tahun kedua.

TWIN? NO! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang