14

156 28 10
                                    

Selamat malam minggu.... Yay, bisa update lagi... 🙌

HAPPY READING



Hari telah sore, Sarada menatap nanar bangku kosong di sampingnya. Kemarin saat dia pergi ke rumah Rakuzan, pria itu tidak ada di sana. Memang apa yang akan dia lakukan jika mereka bertemu? Mengatakan 'Hai, saudaraku!', itu tidak mungkin.

Di rumah keluarga besar, Sarada juga direcoki suara neneknya yang mengatakan jika ibu kandungnya tidak baik. Apa benar begitu, dia tidak tahu. Sarada tidak mau pulang dan bertemu papanya. Dia kecewa. Entah untuk pertunangannya atau untuk kebenaran keluarganya.

"Sarada, Paman Sasuke memintamu untuk pulang bersamaku." Boruto kemudian menunjukkan sederetan aplikasi chat warna hijau. Itu pesan dari Sasuke.

Sarada menggeleng dan cemberut. "Gak mau pulang."

"Terus?" Boruto menaikkan alisnya. Sarada bukan begini karena pacarnya, kan?

"Mau tinggal di sekolah saja." Sarada mencebik dan menelungkupkan tangan di meja.

"Jangan aneh-aneh, ayo pulang!" Boruto langsung menarik halus lengan Sarada ke parkiran motor.

.

Di parkiran langkah Sarada melambat. Di sana ada Rakuzan dengan motor bututnya. Ekspresinya jelas tidak bersahabat.

"Naik!"

Sarada bergeming. Suaranya jelas mengarah padanya karena motor Boruto tepat di samping Rakuzan.

"Aku bilang naik!" Rakuzan kesal saat Sarada tidak merespon.

Boruto yang berada di antara keduanya dibuat bingung. Iya, dia tahu Rakuzan adalah pacar Sarada. Dia hanya menjalankan pesan Sasuke saja. "Bro... Sarada pulang..."

"Jangan ikut campur!"

Selama mengenal Rakuzan tiga tahun, ini adalah bentakan Rakuzan yang sangat terang-terangan pada dua penguasa siswa. Benar-benar, semua orang tahu tidak ada yang bisa macam-macam pada Boruto atau Sarada.

Boruto terpancing emosi. Dia bukan orang yang akan diam ketika dikasari. Terlebih ketika membela orang yang dia cintai, apalagi sampai sebelumnya tatapan permusuhan Rakuzan layangkan pada Sarada.

"Kau itu kenapa, hah?" bentak Boruto sambil menarik kerah baju Rakuzan kasar.

Masih duduk di atas motor, Rakuzan menatap Boruto nyalang. Tatapannya masih pada Boruto tapi ucapannya tertuju pada Sarada. "Masih ingin disitu, Sarada?" tanya Rakuzan sarkas.

Entahlah. Rakuzan bingung dengan perasaannya sendiri. Dia akan ke kelas untuk menjemput Sarada. Entah sebagai apa. Namun sebelum benar-benar menuruni motornya, Rakuzan terlanjur melihat Sarada. Bersama Boruto. Keduanya bergandengan tangan. Cemburu? Iya. Boruto adalah saingan terberat Rakuzan dalam memenangkan hati Sarada. Karena dia bukan siapa-siapa dibandingkan pemuda kuning itu. Sayangnya, hal yang membuatnya marah, justru kenyataan jika dia dan Sarada berada dalam hubungan rumit.

Boruto menggertakkan gigi-nya keras. Sayangnya dia bukan siapa-siapa Sarada, tapi pemuda ini juga hanya sekedar pacar gadis itu. Tidak ada hak bagi Rakuzan untuk bersikap kasar.

"Aku naik," ucap Sarada parau. Dia tidak ingin memperburuk suasana lebih lanjut. Langit semakin jingga, tidak tahu apa yang membuat pemuda ini datang setelah bolos dua hari.

Tidak lupa, Sarada menatap Boruto penuh permohonan. Semata-mata agar Boruto tidak membalas Rakuzan dengan sikap yang sama.

"Sarada..." Boruto khawatir. Bukan karena dia ingin memonopoli gadis itu. Namun suasana hati Rakuzan yang tidak bagus. Juga bulir bening yang sempat dia lihat sesaat sebelum motor itu melaju melewatinya.

TWIN? NO! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang