3

129 16 1
                                    

Dirgahayu Republik Indonesia ke 79 🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Yang sudah selesai ikutan pesta rakyat mari merapat lagi 😆




HAPPY READING




Rakuzan melihat jam sudah pukul sepuluh malam saat melihat ibunya sudah bersih-bersih dan tiduran di kursi panjang yang menghadap tv.

"Ma..."

"Hm... Ada apa, Rakuzan? Sudah malam. Tidak pergi tidur?" Sakura tidak merubah posisi. Pun matanya tidak teralihkan.

"Aku mau cerita."

"Katakan saja, Sayang!" Sakura terkekeh kecil saat putranya mendengus ketika dipanggil 'sayang'.

"Ini tentang Sarada."

Oh, pacar putranya.

"Aku ingin kuliah ke luar negeri, tapi tidak ingin berjauhan dengan Sarada. Apa yang harus aku lakukan?" Rakuzan bukannya tidak punya prinsip sendiri. Apa salahnya mendengarkan ibunya, sumber restu dari segala kesuksesannya.

Sakura tercenung untuk beberapa saat. "Mama bukannya tidak tahu kemampuan kamu, tapi Mama harap jika kamu punya kesempatan untuk kuliah, kenapa tidak diambil di tempat yang dekat? Bukan berarti Mama tidak setuju jika kamu pergi ke luar negeri." Meskipun beasiswa, akan ada biaya tambahan lain. Sakura kurang siap dalam keuangan.

"Iya, sih, banyak universitas bagus di dalam negeri, tapi jika punya kesempatan ke luar negeri, kenapa tidak diambil?" tanya Rakuzan enteng.

"Tapi masalahnya ada Sarada. Dia tidak mau hubungan jarak jauh dan orang tuanya belum tentu setuju untuk menguliahkan Sarada di tempat jauh." Rakuzan duduk di depan mama-nya.

Sakura bangun dan duduk dengan tegak. "Rakuzan, sejak awal karir dan cinta itu berbeda. Mana yang lebih penting hanya kamu yang tahu."

"Mama tidak merasa punya solusi terbaik, tapi... Jika kamu memilih karir, kuliah ke luar negeri itu terlalu tinggi dan kamu harus siap meninggalkan orang-orang kamu." Sakura meraih pipi putranya dengan lembut.

"Mama harap kamu tidak menjalankan semuanya setengah-setengah dan terhalang asmara yang bahkan belum tentu bisa kamu gapai karena status sosial kalian beda." Ingatkan Sakura untuk mengingatkan ini pada putranya. Sarada mungkin orang yang jauh di atas Rakuzan.

"Disini, kau harus bisa memisahkan karir yang utama? atau cinta?" Sakura menggenggam jari putranya. Dia pernah berada di posisi ini. Namun bukan semata-mata cinta yang dia kejar, melainkan kebutuhan.

"Kau pasti paham maksud Mama. Sarada adalah anak orang kaya. Direstui sekarang, karena kalian masih punya jalan panjang yang berubah-ubah. Hubungan kalian hanya asmara anak remaja. Namun, bukan tidak mungkin jika waktu telah tiba, restu orang tua Sarada tidak bisa kamu dapatkan, paham?"

Rakuzan mengangguk pelan. Dia sangat sadar itu. Dia hanya tidak bisa menyerah karena itu masalah harta. Dia hanya perlu menitinya mulai sekarang. Rakuzan cukup percaya diri.

"Jika kamu punya mimpi untuk jadi seorang profesional, Mama harap kamu fokus di sana. Ketika kamu telah sukses, semoga orang tua Sarada bisa mempertimbangkan kamu." Sakura bukannya tidak senang dengan Sarada yang cantik dan manis. Terkadang mereka suka berbagi cerita, tapi kenyataan memang harus dihadapi. Baik oleh Rakuzan, atau Sarada itu sendiri.

"Intinya, jangan membuat Sarada jadi penghalang kamu! Tetaplah teguh pada tujuan kamu! Mama juga tidak akan khawatir jika kamu punya tanggung jawab pada dirimu sendiri." Rakuzan telah jauh lebih dewasa dari pada dirinya sendiri. Sakura tahu, Rakuzan bisa menghadapi masa depannya.

TWIN? NO! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang