13. First Meet

115 16 0
                                    

"Kau terlihat begitu akrab dengan pangeran Nolan. Apa kalian pernah saling kenal?" tanya Tiana penasaran. Ia lalu duduk di samping Alicia yang terlihat sibuk membaca novel favoritnya.

Tiana hanya heran, dirinya saja sangat khawatir dengan keselamatan Alicia tapi bagaimana mungkin kakaknya itu malah terlihat tenang-tenang saja seperti tidak terjadi apapun.

"Entahlah, aku juga tidak ingat. Lagipula, kami tidak begitu akrab seperti yang kau lihat," jawab Alicia tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari novelnya.

"Apa hutan terlarang sungguh ada penunggunya? Apa mereka mengganggumu, Kak?" kini giliran Delilah yang bertanya penasaran.

Alicia hanya membalik lembaran novelnya. "Tidak juga. Hanya saja saat kau melintasi hutan terlarang, jangan pernah sekalipun menghiraukan suara yang memanggilmu dan tetaplah berjalan menjauh. Kalian mengerti?"

Delilah dengan cepat mengangguk. "Sepertinya aku tidak akan mencari kacang kenari lagi di hutan," gumam Delilah merinding.

"Tenang saja, aku akan menemanimu mencari kacang kenari yang banyak. Lagipula hutan terlarang sangat jauh dari desa Lambert. Jadi, kau tak perlu khawatir," ujar Vay yang sibuk memeriksa perlengkapan mendayung timnya.

Alicia menutup novelnya dan berdiri hendak keluar tenda sejenak mencari angin atau mungkin hanya untuk memikirkan beberapa hal yang mengusik pikirannya.

"Kau akan kemana?" tanya Tiana penasaran.

"Keluar sebentar mencari angin," jawab Alicia lalu keluar dari tenda sembari merapatkan jubahnya karena udara malam sangat dingin.

"Jangan terlalu lama karena udara malam kurang baik untuk kesehatan!!"

Alicia hanya berdehem dan berdiri sejenak di depan tenda dan bingung harus mencari angin kemana.

Malam ini terasa begitu sunyi karena sepertinya beberapa orang sudah tidur dan bersiap untuk kegiatan esok hari.

Alicia lalu melangkahkan kakinya mendekati api unggun yang masih menyala. Ia duduk di pinggir sembari menatap api unggun dalam diam. Sesekali ia memasukan ranting kayu kedalam api.

Alicia masih begitu penasaran dengan sosok Nolan yang selalu datang kedalam mimpinya. Mengapa harus pria itu? Padahal ini kali pertama Alicia bertemu dengan Nolan tapi entah mengapa saat mengobrol dengan pria itu, Alicia seperti telah lama mengenal Nolan.

Sepertinya melamun menatap api unggun tengah malam seperti ini memang sangat menyenangkan. Alih-alih berharap semua beban pada pikir Alicia bisa sedikit menghilang.

Sebuah jubah yang lumayan hangat mendarat di pundak Alicia hingga membuat gadis itu terkejut.

"Tengah malam begini kurang bagus untuk berkeliaran mencari angin. Apa di tendamu tidak ada penghangat? Jika tidak ada aku bisa meminjamkan milikku," ujar Nolan lalu menambahkan beberapa kayu kedalam api unggun.

"Tidak perlu. Kami memiliki satu penghangat dan aku rasa itu lebih dari cukup," tolak Alicia sembari terus menatap api unggun didepannya.

Nolan lalu duduk di samping Alicia. "Apa keadaanmu sudah membaik?"

Alicia lalu menoleh menatap Nolan. "Mengapa kau begitu perhatian padaku? Ini kali pertama kita bertemu dan aku tidak menyukai sikapmu sekalipun kau menawarkan sesuatu yang baik padaku."

Nolan memberanikan diri merapikan rambut Alicia yang sedikit menghalangi wajah cantik gadis itu. "Apa kau yakin ini pertemuan pertama kita?"

Alicia masih menatap kedua mata Nolan. Ia masih tak mengerti dengan pertanyaan Nolan barusan. Sudah sangat jelas ini kali mereka bertemu.

"Sudah jelas ini pertemuan pertama kita dan aku sudah menilaimu buruk semenjak kau menciumku tanpa izin," jawab Alicia yang masih menatap wajah Nolan.

Nolan terkekeh. "Itu bukan ciuman pertamaku bersamamu." Nolan mengalihkan pandangannya kearah api unggun dan melemparkan beberapa ranting kedalam api.

Ia lalu memberanikan diri mendekatkan wajahnya kearah Alicia dan menatap kedua mata gadis itu sejenak. "Aku rasa kita pernah melakukannya dua..."

Plak ~

Alicia menampar pipi Nolan dan sedikit menjauh dari pria itu. "Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak mendekatkan wajahmu terlalu dekat denganku."

Nolan terkekeh. "Baiklah, aku minta maaf." Nolan lalu merogoh sakunya dan memberikan liontin berwarna ungu yang tadi terjatuh di hutan terlarang.

"Kau menjatuhkan liontin itu tadi. Simpanlah karena liontin itu hadiah dariku."

Alicia masih menatap liontin yang barusan Nolan berikan. Ia tak mengerti, mengapa Nolan mengatakan liontin ini hadiah darinya?

"Aku benar-benar tidak mengerti. Aku sudah mengatakan berulang kali jika ini pertemuan pertama kita dan aku sama sekali tidak mengenalmu." Alicia menatap wajah Nolan lekat untuk memastikan sekali lagi jika ia sama sekali tidak mengenal pria itu.

"Mengapa kau bersikap seolah-olah mengenalku? Padahal sudah jelas jika kita tidak saling kenal. Jangan membuatku seperti orang bodoh yang tidak mengerti apapun."

Nolan terkekeh. "Aku dengar kau sudah lima tahun di Netherlands, 'kan? Apa kau tau tempat-tempat yang harus aku kunjungi saat ke Netherlands?"

Alicia mendengus kesal. Apa susah, sih, menjawab pertanyaan Alicia dulu.

"Pergilah ke air terjun yang tak jauh dari hutan Netherlands. Udara disana sangat sejuk apalagi saya musim panas. Airnya sangat jernih dan bahkan kau bisa melihat beberapa ikan dengan mudah."

Nolan masih menatap wajah Alicia dari samping. "Apa kau ada waktu besok sore? Aku berniat mengajakmu kesana, apa kau mau?"

"Bagaimana jika aku tidak mau?"

"Jika esok kau tidak mau, bagaimana dengan lusa?"

"Jika lusa aku tidak mau juga, bagaimana?"

"Baiklah, kapan kau ada waktu?"

"Tidak ada!"

Alicia lalu berdiri dan memberikan jubah milik Nolan. "Aku berterimakasih karena kau telah menolongku tapi aku harap ini bisa jadi pertemuan terakhir kita, his royal Highness. Selamat malam."

Nolan benar-benar kecewa saat ini. Ia masih menatap kepergian Alicia dalam diam. Gadis itu masih sama keras kepalanya dengan Anne. Senyum Nolan sedikit mengembang sembari tetap setia menatap kepergian Alicia.

"Apa kau juga menyukainya?" tanya Lucian yang entah sejak kapan ada di belakang Nolan. Sebenarnya Nolan lelah jika harus menghadapi pria lain yang diam-diam menyukai Alicia.

"Bagaimana jika aku mengatakan, iya? Kau merasa tersaingi?" tanya Nolan lalu berbalik menatap Lucian.

Pria itu terkekeh. "Tentu saja. Kau mengatakan mendukung penuh hubunganku dengan Alicia. Tapi mengapa sekarang kau malah ikut menyukainya?"

"Jika aku tau itu Alicia. Aku mungkin tidak akan mendukungmu untuk dekat dengannya. Dia milikku dan ada baiknya kau menjauh," ujar Nolan penuh penekanan.

"Milikmu? Oh, ayolah. Kalian bahkan belum menikah dan itu artinya Alicia bebas untuk bersama dengan siapapun." Lucian menatap tajam Nolan. "Esok akan ada pertandingan berpedang. Mari kita buktikan siapa yang pantas bersama dengan Alicia."

Nolan mengangguk mengiyakan tantangan Lucian. "Baiklah, aku rasa ini sangat mudah. Jika aku yang menang. Aku harap kau bisa menjauh darinya, kau mengerti!?" tanya Nolan sembari menatap Lucian tak suka.

"Baiklah. Tapi jika aku yang menang. Kau harus mengakui kekalahanmu di depan semua orang dan berjanji untuk tidak mendekati Alicia."

Nolan lalu menatap malas Lucian. "Baiklah. Sampai jumpa esok!!" Nolan berjalan meninggalkan Lucian yang masih mengepalkan tangannya kuat.

Ia sungguh tak menyangka jika Nolan tertarik dengan Alicia. Apalagi keduanya juga terlihat sangat akrab, apa mungkin Alicia pernah memiliki hubungan istimewa dengan Nolan?

[BERSAMBUNG]

WAR OF THRONES [SEASON 2] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang