Alicia masih menatap danau yang terlihat sangat tenang dihadapannya. Sudah lebih dari setengah jam ia memandang danau kosong sembari menikmati semilir angin yang begitu menyejukkan.
Seharusnya, beberapa angsa terlihat berkeliaran seperti biasanya tapi entah mengapa ia tidak melihat keberadaan angsa-angsa itu.
Alicia lalu mengambil novel di sampingnya dan membuka lembaran terkahir yang ia baca semalam. Tidak ada yang istimewa dari novel yang Alicia baca, Hanya sebuah Novel mengenai seorang wanita yang tidak berpikir untuk menikah dan memilih hidup bebes dengan ribuan mimpinya. Novel ini benar-benar membuka pikiran Alicia untuk tidak menikah sebelum ia siap secara mental dan finansial.
Alicia begitu hanyut pada novel yang ia baca, hingga tanpa sadar seorang pria ternyata tengah memperhatikannya sedari tadi.
Pria itu sedikit ragu untuk memanggil Alicia karena mereka sudah sangat lama tidak bertemu. Belum lagi keduanya juga berpisah dengan cara yang kurang baik.
"Apa kau masih sangat suka membaca buku-buku usang itu?" tanya Max lalu duduk di samping Alicia dan menatap danau yang begitu tenang.
Alicia tentu terkejut dengan kedatangan Max. Bagaimana bisa? Bukankah Calestia tidak tidak ada di daftar undangan?
Max terkekeh menatap wajah terkejut Alicia. "Kau tidak banyak berubah ternyata. Apa kau terkejut dengan kedatanganku?"
"Bukankah kerajaanmu tidak ada di daftar undangan summer camp?" tanya Alicia masih tak percaya. Tapi Max hanya tertawa dan melempar batuan kecil ke danau.
"Memang tidak ada," jawab Max singkat. "Tapi bukan berarti kerajaanku tidak di undang di acara jamuan festival musim panas kerajaan Netherlands, 'kan?"
Alicia mengangguk paham. Ia sedikit menggeser duduknya agar tidak terlalu dekat dengan Max. Entah mengapa Alicia seperti harus menjaga jarak dengan pria itu.
"Bagaimana kabarmu? Apa kau baik?" tanya Max pada Alicia. "Kalau tidak salah, kau terakhir kali mengirimkan surat kepadaku sekitar tiga tahun lalu, 'kan?"
Alicia kembali mengangguk. "Aku pikir kau tidak akan pernah membaca surat dariku karena aku sama sekali tidak mendapatkan balasannya." Alicia memutuskan untuk kembali menatap danau.
Max terkekeh. Memang benar Max sama sekali tidak pernah membalas surat Alicia karena selama menjadi raja ia sangat kesulitan membagi waktu dan bahkan hari-harinya hanya di penuhi tumpukan kertas berisi keluhan dari penduduk Calestia.
"Aku minta maaf karena tidak sempat untuk membalas surat-suratmu tapi percayalah aku membacanya dan menyuruh salah satu prajuritku untuk memastikan apakah kau benar di Netherlands atau tidak."
Max kembali melemparkan batu kecil ke danau. "Bagaimana dengan Netherlands? Apa di sini sangat menyenangkan seperti di Calestia?"
Alicia diam sejenak. Sebenarnya Netherlands sama saja seperti Calestia hanya saja disini lebih sejuk ketimbang di Calestia.
"Tentu berbeda dengan Calestia karena aku tinggal di desa Lambert dan udara disana jauh lebih segera dan sejuk ketimbang kota Calestia." Alicia sesekali melirik Max yang ternyata diam-diam memperhatikan Alicia. "Aku juga melakukan banyak hal selama disini, membuat kue, memancing, belajar membuat keju, memerah susu sapi sendiri, berternak dan banyak hal lainnya."
Max tertawa mendengar jawaban Alicia. Sejak kapan gadis itu bisa memeras susu sapi? Padahal dulu Alicia sangat takut berdekatan dengan hewan ternak.
"Padahal dulu kau sama sekali tidak berani terlalu dekat dengan seekor sapi tapi Aku sangat penasaran dengan kedai rotimu saat ini. Pasti banyak roti baru yang kalian buat, 'kan?" Tanya Max dan mendapatkan anggukan dari Alicia.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF THRONES [SEASON 2] [TAMAT]
Fiksi SejarahSelepas kepergian Alicia dari Calestia. Entah mengapa mimpi aneh terus saja menghantui hidup Alicia. Mimpi buruk yang terjadi secara berulang terus-menerus menghantui pikiran dan hidupnya. Ia bahkan sama sekali tak mengenal sosok pria yang kerap kal...