Malam ini beberapa jangkrik terdengar saling sahut menyahut memecahkan keheningan taman yang letakannya lumayan jauh dari istana Netherlands.
Beberapa lampu juga terlihat tak berfungsi dengan baik hingga membuat beberapa gazebo yang berjejer di dekat danau buatan yang ukurannya tidak terlalu besar terlihat sangat remang.
"Akhhh.... Pelanlah sendikit," pinta Nolan pada Alicia yang sedari tadi terlihat sangat kesal pada Nolan. Gadis itu sudah sangat perlahan mengoleskan obat merah pada pipi Nolan yang sedikit lecet karena ulah perkelahian dirinya dengan Lucian barusan.
Jarak antara wajah Alicia dan Nolan terlihat sangat dekat saat ini, bahkan Nolan tersenyum kecil saat dengan telaten Alicia memberikan obat merah pada pipi pria itu.
"Aku harap selepas ini kerajaan Tarrent dan Tarrin tidak berselisih hanya karena perkelahian kalian barusan," ujar Alicia sedikit khawatir.
"Tapi itu menyenangkan. Memukul wajahnya seperti barusan membuatku merasa puas," ujar Nolan yang masih saja begitu setia melirik Alicia yang sebentar lagi akan selesai mengoleskan obat merah di pipi Nolan.
Alicia terkekeh remeh. "Kau puas? Aku rasa kau terlalu berlebihan dan lagipula untuk apa memukul Lucian seperti barusan? Apa kau cemburu karena aku berdansa dengannya?"
"Menurutmu?" Tanya Nolan. Alicia telah usai mengoleskan obat merah pada luka Nolan. Pandangannya kini mengarah pada Nolan yang terlihat tak hentinya memandang wajah Alicia sembari tersenyum simpul.
Alicia yang merasa keadaan semakin canggung dan langsung mengalihkan pandangannya kearah lain sembari tangannya sibuk memutar tutup obat merah miliknya.
"Aku memang cemburu bahkan aku bisa menghabisi Lucian saat ini juga jika kau masih saja dekat dengannya," ancam Nolan yang berhasil membuat bulu kuduk Alicia merinding.
Alicia menelan saliva-nya cepat. "Aku sudah mengatakan padamu jika hubungan kita tidak akan bisa sejauh pikiranmu. Aku juga sudah menyuruhmu pergi, 'kan?"
"Lalu? Apa menurutmu aku harus menurut? Tentu tidak, 'kan?"
Nolan semakin mendekati Alicia. "Aku mencintaimu dan sampai kapanpun akan terus seperti itu. Aku tidak akan menyerah sampai kau mau menikah denganku."
Alicia memutar bola matanya malas. "Kau sangat keras kepala, Your Highness." Alicia mendorong dada Nolan agar sedikit menjauh darinya. "Boleh aku bertanya sesuatu padamu?"
Nolan mengangguk. "Tentu saja."
Alicia menatap beberapa kunang-kunang yang ada di hadapannya. "Apa kau sungguh menyukaiku?" tanya Alicia yang berhasil membuat Nolan terkejut.
"Apa aku perlu mengatakannya lagi?" Tanya Nolan. Ia lalu meraih wajah Alicia agar bisa lebih dekat dengannya. "Aku bukan hanya menyukaimu, Alicia. Aku bahkan mencintaimu."
Debaran jantung Alicia terasa begitu kencang saat Nolan menatapnya sedekat ini. "Bi-bisa kau menjauh sedikit..."
Nolan terkekeh. "Apa kau gugup saat berada sedekat ini denganku?"
Alicia lalu mendorong dada Nolan untuk menjauh lagi. "Tidak!! Aku hanya tidak ingin kejadian yang tidak diinginkan terjadi." Bohong jika Alicia tidak gugup. Nolan sangat tampan dan gadis mana yang tidak gugup saat di tatap seperti barusan.
Alicia semakin menatap sinar cahaya kecil yang berterbangan di sekitar semak yang tak jauh dari posisinya duduk saat ini.
"Apa kau pernah berpikir untuk menangkap kunang-kunang itu?" tanya Alicia pada Nolan tapi pria itu hanya menggelengkan kepalanya.
Alicia lalu berdiri dan meraih pergelangan tangan Nolan untuk ikut dengannya melihat beberapa kunang-kunang yang ada di semak yang tak begitu jauh dari gazebo barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF THRONES [SEASON 2] [TAMAT]
Narrativa StoricaSelepas kepergian Alicia dari Calestia. Entah mengapa mimpi aneh terus saja menghantui hidup Alicia. Mimpi buruk yang terjadi secara berulang terus-menerus menghantui pikiran dan hidupnya. Ia bahkan sama sekali tak mengenal sosok pria yang kerap kal...