Epilog Chapter 14

81 17 6
                                    

Selamat malam ❤️

Ini cuplikan yang nggak Ara ceritain di chapter sebelumnya ya, ini sudut pandang penulis ☺️


Semoga suka

***

"Lu gak takut apa poin lu nambah?" tanya Ara pada Echan yang berada tepat disampingnya.

"Enggak," jawab Echan dengan santai

"Gue nggak takut poin gue nambah, asal gua bisa memastikan lu dalam keadaan baik-baik aja. Sumpah, tadi malam gua khawatir banget ama lu yang ngilang tiba-tiba. Gua juga bingung kenapa gue bisa se-khawatir itu." Lanjutnya panjang lebar tapi dihiraukan oleh lawan bicaranya yang asik dengan pikirannya sendiri.

Karena merasa nggak ada respon, Echan memanggilnya. "Ra!"

Panggilan itu lantas membuyarkan lamunan gadis itu. Saat itu juga Echan merasa frustasi menghadapi Ara yang kalau sudah melamun dunia hancur pun ia tak akan tau.

"Jadi dari tadi gue ngomong nggak lu dengerin?" ujarnya kesal.

"Lu ngomong apa emangnya?" tanya Ara dengan polosnya. Pertanyaan itu hanya disambut dengan tatapan malas oleh Echan.

"Cape banget dah ngomong sama orang yang suka bengong," gerutu Echan sembari menatap Ara sengit.

Gadis itu hanya menatapnya dengan santai, tanpa penyesalan. Membuat Echan ingin menerkamnya sekarang juga.

"Gemes banget gua sama lu, arghhh."

Dan saat itu juga hujan turun begitu derasnya. Dengan sigap Echan menarik Ara dalam rangkulannya. Ia tak mau gadis itu basah kuyup. Tapi, semua yang ia lakukan sia-sia. Hujan mengguyur mereka berdua dengan ganasnya.

Sesampai dikelas Echan panik, gara-gara jaketnya ternyata ada di tenda. Padahal tadi ia berinisiatif memberikan jaket itu pada Ara.

Setelah berpikir panjang Echan pamit untuk mengambil jaketnya. Nggak peduli dengan hujan deras, ia tetap nekat nerobos untuk menuju tenda. Sebelum ia menerobos hujan, ia bertemu Juna yang sedang menyeduh jahe.

"Jun, ngapain?" tanyanya basa-basi

"Lu buta?" Juna malah balik bertanya.

"Buatin satu lagi ya, terus kasih sama Ara yang lagi kedinginan di kelas." ujarnya dengan raut penuh harap. Walau dia tau kecil kemungkinan untuk ngebujuk Juna yang keras kepala.

"Ogah," benar saja Juna menolaknya mentah-mentah.

"Lu, naksir kan ama Karina?" ucapan Echan itu membuat Juna membelalakkan matanya.

"Yaudah gua bikinin tenang, tapi jangan kasih tau siapa-siapa gue naksir Karina. Awas aja lu." ucap Juna getir, begitu takutnya ia Echan akan membeberkan rahasianya selama ini. Ya, Juna naksir Karina itu sudah lama. Namun tak ada yang tau. Entahlah kenapa Echan bisa mengetahuinya.

"Nah, gitu dong."

Echan langsung pergi meninggalkan Juna yang sedang Over thinking. Menerobos hujan yang sudah lumayan reda.

Sesampai di tenda, Echan langsung membuka tasnya untuk mengambil jaketnya. Tapi, di dalam tasnya itu bukan hanya ada jaket tapi tenyata ada juga selimut babi milik Fatma adiknya. Mungkin nene yang memasukan selimut itu kedalam tas, pikirnya.

Setelah itu ia kembali menuju kelas menghampiri Ara untuk memberikan selimut tersebut. Serta memastikan minuman itu diminum oleh gadis itu.

"Nih pake," suruh Echan pada Ara yang terduduk dengan memeluk kakinya. Sudah dapat dipastikan gadis itu kedinginan.

Minuman yang susah payah Echan dapatkan tak habis diminum olehnya. Walau Echan tau Ara tak menyukai jahe, namun itu bagus untuk menghangatkan tubuhnya.

Tiba-tiba disela ia mengkhawatirkan Ara. Gadis itu bertanya dengan pertanyaan yang sebenarnya sulit di jawab oleh Echan. Ia pun tak tau kenapa dia begitu perhatian sama Ara.

"Emang nggak boleh apa baik sama sahabat sendiri," jawabnya tanpa berani menatap Ara yang sedang menatapnya nanar.

Echan bingung dengan respon yang Ara tunjukan. Apa yang salah dari perkataannya barusan, pikirnya. Hingga pulang pun Ara tetap seperti orang linglung. Tapi ia tetap berusaha care padanya.

Setelah mengantar Ara pulang, Echan biasanya mampir sebentar untuk menyapa ibunya Ara atau sekedar basa-basi mencari adiknya Ara yang menjadi partner bermain gamenya , tapi tadi tak ia lakukan. Lagi pula tubuhnya lumayan basah, jadi wajar saja jika ia tak mampir.

"Kadang seseorang butuh keberanian ekstra untuk mengungkapkan apa yang mereka rasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kadang seseorang butuh keberanian ekstra untuk mengungkapkan apa yang mereka rasa."

UNEXPECTED | Ryujin X HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang