15. Curcol

60 13 2
                                    

"Menyimpan rasa!ternyata semenyakitkan itu,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menyimpan rasa!ternyata semenyakitkan itu,"

***

Kesadaran gue udah sepenuhnya utuh, walau dunia gue terasa runtuh. Gue yang terlalu berharap kepada makhluk. Sampai lupa kalau tuhan cemburu. Dan gue terlalu egois dengan rasa yang gue miliki ini. Naif rasanya kalau terus berharap jika akhirnya gak sesuai harapan.

"Udah sadarkan? Yuk pulang," ajak Echan sambil narik tangan gue dengan lembut.

Bisa nggak makhluk kayak Echan di basmi aja, gue udah nggak kuat. Dia bilang gue nggak pekaan padahal dianya yang nggak pekaan. Sebel.

"Bengong lagi!" Echan kembali nyeletuk. Dari raut wajahnya ia juga cape ngadepin gue yang kek orang oon. Abisnya gue kesel aja digituin mulu.

"Yaudah pulang," balas gue dengan pasrahnya. Bodo amat dah gimana nantinya, semoga kita tetap seperti kemaren-kemaren. 

Masa iya gue yang ngungkapin duluan? Mana paten!

***
Sesampai di pekarangan rumah, gue turun dari motornya, Echan langsung pergi gitu aja. Sebelum itu Echan dengan santainya nempelin punggung tangannya ke jidat gue. Seolah memastikan kalo gue nggak demam, dan dia bisa pulang dengan tenang. Keknya gitu sih, gak tau juga wkwk.

Gimana gue nggak baper coba? Jelas baper lah. Orang diperlakukan seperti tuan putri begini. Padahal gue sahabatnya doang. Sama sahabat aja baiknya nauzubilah, apa lagi sama pasangan. Beruntung banget deh yang jadi pasangan Echan. Walau kadang sifat jailnya muncul tiba-tiba. Tapi carenya nggak kira-kira. Sumpah ni orang di luar naila banget. Gak habis fikri gue.

***
"Assalamualaikum," ucap gue sembari menekan kebawah ganggang pintu lalu membukanya secara perlahan.

"Wa'alaikum salam," jawab ibu yang lagi ngeberesin mainan Zaki dan Alif yang berhamburan dilantai. Biasa kelakuan bocil.

"Ka, Araaaaaaa." Teriak kedua adik gue yang tercinta sambil berlari kearah gue yang sudah merasa lesu, kemudian pelukan hangat keduanya terasa di tubuh gue ini, erat banget udah kek nggak pernah ketemu seratus taun. Padahal badan gua bau gak mandi ditambah kehujanan.

"Baju Ka Ara basah loh ini," ujar gue sambil berusaha melepas pelukan mereka.

"Kangen," rengek mereka dengan hidung yang mulai memerah. Padahal baru ditinggal beberapa hari dan mereka sering juga ngunjungin gue ke sekolah kenapa kek gak pernah ketemu. Gue yakin pasti ada maunya nih duo krucil.

"Mau apa?" tanya gue sarkas sambil nyentil pipi mereka bergantian, saking gemesnya. Gue juga kangen sama mereka, biasanya ada aja kelakuan mereka yang bikin gue geleng-geleng.

"Enggak ada," jawab Alif yang diiringi anggukan dari Zaki. Gue rada-rada nggak percaya sih. Pasti ada maunya ini.

"Bilang aja mau apa?" Desak gue ke mereka.

UNEXPECTED | Ryujin X HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang