10. Ngumpul

173 94 180
                                    

"Apabila sesuatu yang kamu senangi tidak terjadi maka senangi lah apa yang terjadi."

_Ali bin Abi Thalib_

_Ali bin Abi Thalib_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***
Gue nyamperin ibu yang masih asik nonton TV. Kayanya, Kalau nggak rusak tu TV nggak bakalan berenti ibu nonton.

Bukan hanya ibu di ruang tamu sekarang. Bapak sama dua curut juga ada. Pokoknya rame deh. Kalau udah ngumpul begini.

Kebetulan gue males banget makan sendirian di dapur. Jadi, gue bawa aja ke ruang tamu. Mumpung pada lagi ngumpul.

Ibu menoleh ke arah Gue. "Ra, kalau makan itu nambah! Gimana mau gemuk kalau makan aja irit?!"

Belum juga di makan udah di suruh nambah "Aku ngikutin hadis bu. Makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang," lalu gue nyengir, dan duduk di samping ibu.

"Auuh." Baru juga duduk udah di tusuk pinggang gue pake remot. Untung gue bener megang piringnya kalau enggak, udah nyebar ini nasi sama telornya kemana-mana.

"Dibilangin, gitu mulu!" omelnya. Lalu kembali pantengin layar TV. Memang ya ibu-ibu. Selalu benar. Sudah lah mengalah saja.

Ketika gue mau nyuap nasi. Gue di kagetin dengan celetukan ngasal Zaki.

"Bu, Kalau Zaki udah gede. Zaki nggak mau punya bini kayak gitu," Ujarnya sambil nunjuk layar Tv. Kalian tau gak apa yang sedang kami tonton? Cerita istri yang selingkuh. Hua Zaki.

Pas gue mau nyuap lagi Zaki ngomong lagi, "Kalau bini Zaki kek gitu, Zaki usir, kalau nggak Zaki bunuh." lanjutnya. Gua mau nangis tau nggak.

"Heh, Gak boleh gitu," Ibu garuk-garuk kepala. Akibat, perkataan Zaki yang sudah seperti orang dewasa. Padahal baru berusia 5 tahun.

Nasi gue nggak nyampe-nyampe kemulut juga. Udah berapa kali pengen nyuap, kehalang mulu.

Sedangkan Bapak, hanya terkekeh menanggapinya.

"Kalau Alif, Alif tembak pake shotgun," ni bocah ikut-ikutan lagi. Padahal lagi ngerjain PR. Sempet-sempetnya ngeladenin Zaki.

"Zaki.. Zaki .. ituh .. Zaki penggal kepalanya pake samurai," sahut Zaki tidak mau kalah.

Pulpen ditangan Alif udah terpental entah kemana, "Alif .. Alif, Mutilasi. Trus Alif buang kelaut."

"Zaki .. Zaki Buat ke dalam Koper."

"Udah-udah." Ibu melerai keduanya.

Gue yang ngeliat dua bocil ngebacot cuman bisa diem. Sambil menikmati Nasi telor buatan gue sendiri. Jangan salah gue juga bisa masak tau! Masak aer biar mateng. Cakep. Lah kok malah ngepantun.

"Nambah Ra! Nasi banyak itu." Ibu selalu nyuruh gue nambah. Padahal, gue udah kenyang. Gue itu kalau makan, ya satu kali. Nggak suka nambah.

"Iya Bu," Gue pergi ke dapur untuk ngambil Nasi lagi, sedikit aja biar ibu nggak ngomel. Yang pentingkan apa kata ibu terpenuhi. Soal banyak tidaknya itu belakangan.

UNEXPECTED | Ryujin X HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang