Bab 9 : Maaf, karena Aku Selfish

14 5 11
                                    

𝓣𝓲𝓷𝓰𝓰𝓪𝓵𝓴𝓪𝓷 𝓫𝓲𝓷𝓽𝓪𝓷𝓰, 𝓴𝓸𝓶𝓮𝓷 𝓭𝓪𝓷 𝓳𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓵𝓾𝓹𝓪 𝓼𝓮𝓫𝓪𝓻✨

Publikasi 20 Mei 2023
Publikasi ulang Februari 2024

.
.
.
.

Sebuah botol minuman bersoda mendarat di pipi Majendra yang tengah duduk di depan kelas sambil membaca buku. Majendra menolehkan kepalanya, mendapati Sejagat berdiri sambil nyengir.

“Apaan?” tanya Majendra.

Sorry, i'm selfish. But, i ....

“Gua nggak minum kola.” Majendra merebut botol itu yang kemudian ia buka dan ia teguk isinya sampai setengah habis. “Gua minumnya jus, jus alpukat pake cokelat.”

“Jen, gua minta maaf, soal yang hari itu,” kata Sejagat. Ia meminum sisa kola yang Majendra minum. “Gua nggak maksud marah, gua cuma—”

“Nggak usah dibahas, gua juga udah lupa. Gua dengar dari Raksen, adik tiri lo sekolah di SMP kita dulu?” tanya Majendra. Sejagat pun mengangguk.

“Gua belum ketemu adik lo, waktu pesta kayaknya nggak ada,” kata Majendra sedikir heran.

“Iya, Sakkhi seharian nangis di kamar Mbak.”

“Karena lo?”

Sejagat menyandarkan punggung ke bangku, menengadah memandangi langit yang mengutip dari atap bangunan. “Mungkin,” jawabnya.

“Minta maaf, dia pasti maafin lo, maksud gua dia pasti ... berharap lo mau bicara baik-baik. Kalian bakal jadi saudara. Mbak bilang, sekalipun ada Langi, Tante tetap sayang Sejagat sebagai anak laki-lakinya. Begitu juga Om.”

“Iya.”

“Adik lo pasti bahagia punya kakak kayak lo. Kalau gua jadi dia pasti bakal ngerasa beruntung banget!” Majendra berbisik.

“Lo itu penyayang, tanpa lo sadari.” Ia berjalan meninggalkan Sejagat.

Di jam yang sama, Lyra tengah menyaksikan Naga bermain basket bersama tim kesayangannya. Lyra bahagia, basket memang selalu menjadi hal paling menyenangkan di dunianya. Beberapa anak-anak perempuan sekelas dan satu angkatannya mendekati Lyra sambil menawarkan camilan.

“Nih, ngemil!” kata mereka.

“Nggak makasih.” Lyra tersenyum, menolaknya dengan suara lembut.

“Nggak bakal kita racun, kok!”

“Tapi gua nggak makan makanan pedes. Jadi, mau ada racunnya atau enggak gua tetap nggak akan makan!” jawabnya.

Seorang siswi menjambak rambut Lyra sekuat tenaga membuat ia meringis. Dua lainnya ikut menjambak, menyeret tubuh Lyra menjauh dari lapangan dan Naga. Lyra meronta sayangnya gerakan meloloskan diri yang diusahakannya malah membuat rambutnya rontok.

Lyra terdiam, kenangan perundungan yang pernah dialaminya karena terlalu dekat dengan Naga dan apa-apa minta tolong Naga membuatnya gemetar hebat. Lyra mulai berkaca-kaca, berharap seseorang mampu menolongnya. Namun, ia harus menelan beribu-ribu rasa pahit dan pedih ketika keripik pedas itu dituang ke kepalanya dan membuat matanya perih bukan main.

DEPRESWEET | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang