Bab 10 : Lyra, gua rindu

12 4 6
                                    

𝓣𝓲𝓷𝓰𝓰𝓪𝓵𝓴𝓪𝓷 𝓫𝓲𝓷𝓽𝓪𝓷𝓰, 𝓴𝓸𝓶𝓮𝓷 𝓭𝓪𝓷 𝓳𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓵𝓾𝓹𝓪 𝓼𝓮𝓫𝓪𝓻✨

Publikasi 22 Mei 2023
Publikasi ulang Maret 2024

.
.
.
.

Netrawittaka Sejagat Purnama, namanya terus disebut di seluruh Jakarta Soccer Competition. Bukan tanpa alasan, serangan bertubi-tubi yang SMANTARA 009 dapatkan mampu ia tepis. Toga kesempatan tendangan pinalti yang lawan dapatkan pun berhasil ia gagalkan dengan mulus.

Semua orang mengangkat tubuhnya, setinggi langit saking bangga padanya. Namun, ada satu hal yang membuat Sejagat hanya diam tak mampu menikmati kemenangannya. Wajah gadis itu.

Apakah ia baik-baik saja? Setelah Sejagat mengantarnya ke rumah gadis itu, ia tak pernah kelihatan datang ke tempat Nushkaela, kata Nushkaela, gadis bernama Lyra itu tidak menghadiri BiNa selama dua bulan terakhir.

Sejagat memisahkan diri setelah membersihkan peluhnya. Ia berkeliling stadion utama JSC, tampak Sakkhi juga ibunya—ibu tiri Sejagat.

“Kakak mainnya hebat!” puji gadis kecil itu, ia yang masih duduk di bangku SMP.

“Makasih,” jawab Sejagat sambil tersenyum lebar. Ia mengusap-usap kepala Sakkhi dengan mesra. “Papa nggak bisa hadir, ya? Utusan bisnis lagi, Bunda?”

“Iya, tapi Papa bilang nanti saat pulang dia akan menonton pertandingan yang Sakkhi rekam.” Wanita itu membelai bahu Sejagat.

“Kalau begitu aku akan keliling, kami masih menunggu hasil pertandingan saat ini untuk menentukan lawan di pertandingan besok. Sampai jumpa di rumah!” katanya sembari melengos.

Sakkhi memegangi tangan Sejagat, kedua bola matanya menatap begitu dalam menbuat Sejagat tersipu malu. Oasalnyat, baru kali ini Sakkhi mau mengarahkan matanya secara langsung. Sejagat tertawa.

“Kenapa? Ada yang mau dikatakan lagi?”

“Kakak keren, ganteng pula, Kakak idolaku!” pekiknya sambil memeluk Sejagat dengan erat.

Arta tidak bisa menenangkan hatinya saking terkejut ia melihat Sakkhi yang mulai mampu membangun percakapan bahkan bisa menyentuh laki-laki terlebih dahulu. Dengan trauma masa lalu yang diembannya, Arta pernah berpikir kalau ia hanya akan menjadi kelopak bunga layu yang siap menunggu waktu gugur.

Arta memeluk Sejagat juga Sakkhi dengan erat. “Kalian anak kesayangan Bunda. Pulang nanti, Bunda akan masak ayam kemangi favorit Kakak. Oke?”

“Iya. Makasih, Bunda. Makasih juga Sakkhi!” katanya sambil membalas pelukan kedua wanita tersebut. Walaupun Sejagat ingin Mama.

***

Sejagat berdiri di depan sebuah rumah sederhana yang sepi. Seperti tak ada penghuni di dalamnya. Sejagat melengos dari sana.

“Mungkin dia nggak di rumahnya. Apa dia di tempat Mas? Gua rasa dia di sana!”

Sejagat hendak melengos, tetapi atensinya tertarik pada gadis itu yang tengah bercanda tawa bersama laki-laki yang tempo hari memaksanya untuk mengizinkan Lyra bertemu Nushkaela. Dari seragam yang keduanya kenakan mereka anak salah satu SMA bergengsi di Jakarta.

“Oh, jadi Lyra kakak kelas gua? Dia kelas tiga?” gumam Sejagat menekuk wajahnya sembari menatap dari mereka. Entah mengapa Sejagat merasa cemburu, padahal ia tahu ia bukanlah siapa-siapa. Kenal pun sepertinya tidak.

DEPRESWEET | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang