Bab 14 : Efek Rumah Kaca #2

12 4 25
                                    


𝓣𝓲𝓷𝓰𝓰𝓪𝓵𝓴𝓪𝓷 𝓫𝓲𝓷𝓽𝓪𝓷𝓰, 𝓴𝓸𝓶𝓮𝓷 𝓭𝓪𝓷 𝓳𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓵𝓾𝓹𝓪 𝓼𝓮𝓫𝓪𝓻✨

Publikasi 2 Juni 2023
Publikasi ulang Maret 2024

.
.
.
.

Tidak ada yang lebih bergemuruh di waktu petang ini selain hati Lyra. Bagaimana tidak, hari ini dirinya saling menatap dengan seseorang yang pernah bahkan masih ingin dihindarinya. Sosok yang pernah melihatnya begitu kerdil larut dalam kesialan. Adik dari seorang psikiater ternama di BiNa. Adiknya Nushkaela.

Seorang remaja laki-laki yang mana Naga pernah berlutut di depannya hanya untuk Lyra. Seperti itu, sehina itu, semuram itu. Lyra tak ingin melihatnya.

Sosok yang terus menerus menyaksikan betapa Malang nasibnya. Sosok yang terus mendapati Lyra dalam keadaan menjijikkan dan penuh penderitaan.

Sejagat tersenyum samar, remaja laki-laki itu memalingkan wajahnya ke arah langit yang semakin gelap, sebab awan mendung yang terus bermunculan menenggelamkan wajah senja yang kemuning.

“Lo masih ingat gua?” lontar Sejagat menyadari kedua bola mata gadis di samping mengumpat pada dirinya.

Lyra melangkah, berjalan di bawah derasnya hujan petang ini.

“Tunggu! Gua nggak pernah lihat lo di BiNa. Ke mana lo selama ini?” Sejagat berteriak.

“Bukan urusan lo!”

“Gua pikir kita akan jadi dekat setelah kejadian tempo hari. Taunya gua nggak pernah ketemu lo lagi,” oceh Sejagat. “Gua kangen!”

Lyra mempercepat langkah kakinya.

***

Lyra menyuci seragamnya, hari esok ia akan memakai batik sesuai ketentuan sekolah di setiap Kamis dan Jum'at. Gadis itu termenung di depan mesin cuci untuk beberapa saat. Siang tadi di sekolah, Pak Arkam memanggilnya ke ruang BK, Lyra pun disuguhkan beberapa pertanyaan yang benar-benar berat untuk dijawab. Kepala Lyra hanya tertunduk, nyaris tidak terangkat meskipun bibirnya menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan gurunya tersebut.

“Isu ini semakin panas. Ada baiknya kamu dan kakakmu pisah saja.”

“Apa kamu tidak berencana untuk menyuruh seseorang merawat Ankara. Uang bela sungkawa yang para korban terima bukannya cukup banyak? Kamu tidak bisa mengurusnya sendiri. Meskipun kakak beradik.”

“Ankara bagaimana? Apakah dia—” Pak Arjam menanyai dengan suara lemah lembut. Dari pandangan di balik poni lurusnya, Lyra bisa melihat pria itu tersenyum.

“Aku akan pindah sekolah jika memungkinkan. Kalau perlu, jika memang menjadi hal negatif di sekolah karena masalah keluargaku, aku siap keluar.”

Gadis itu meninggalkan ruangan tersebut.

Lyra terperanjat dari lamunannya ketika Ankara terdengar mengamuk lagi di kamar dengan teriakan toanya yang pedih. Lyra berjalan dengan cepat menghampiri kamar Ankara. Terlihat laki-laki itu hendak mengenakan kaos hitam yang tersangkut di kepalanya.

“Abang masukin kepala ke lubang tangan, mana bisa. Begini caranya!” kata Lyra sambil membantu Ankara memasukkan kepala ke lubang leher. Kini kepalanya lolos, meskipun kemarahan belum lolos dari wajahnya yang masam.

“Makasih!”

“Abang belajar pelan-pelan. Besok, kita belajar pakai celana, oke?” tanya Lyra sambil tersenyum kecil. Ankara pun manggut ringkas. “Ya udah, aku lanjut cuci seragam, ya?”

DEPRESWEET | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang