8
"Tidak perlu khawatir, tidak ada racunnya sama sekali. Dan diberikan salep setiap mau tidur, dalam dua minggu lukanya akan hilang."
"Benar-benar akan hilang, 'kan?" tanya Renjun, dia takut sekali kalau ada bekas lukanya. Hal yang mungkin akan membuat Jaemin semakin banyak mendapatkan cibiran.
"Kalau kalian telaten, pasti akan hilang kok. Dan jangan terkena riasan lebih dulu, takutnya nanti infeksi."
Yara menyentuh wajah Mamanya, "Mama luka lagi hiks! Mama luka pasti gara-gara Yara yang nakal."
Nah! Nangis lagi ini anak.
Jaemin memeluk tubuh Yara dari samping, "Yara dengar, Mama tidak apa. Ini bukan luka yang perlu dikhawatirkan."
"Tapi tetap aja hiks... Mama luka lagi huwaa!" Tangis Yara malah semakin histeris. Wajahnya tenggelam di dada Jaemin. Baru kali ini dia memiliki seorang Ibu, tapi karena dirinya Mama jadi sering terluka.
"Kalian keluar aja dulu, nanti sebelum makan malam kalian ke sini lagi." suruh Jaemin pada Haechan dan Renjun.
"Jaemin yakin? Tidak mau kami membantu juga? Menenangkan Nona Yara?"
"Tak apa. Kalian istirahat aja dulu. Kalian juga harus istirahat, apalagi kalian juga sibuk mempersiapkan pesta."
Keduanya mau tidak mau mengangguk, menuruti apa yang Jaemin katakan. Keduanya pamit pergi, meninggalkan Jaemin yang menenangkan Yara kembali.
"Udah, ya, udah." Jaemin mengusap punggungnya, "Nangisnya berhenti, nanti Yara susah napasnya."
"Hiks! Mama, Yara hiks."
Jaemin mencium puncak kepala Yara lembut, "Udah, ya. Mama juga udah baik-baik aja, jangan khawatir." bisiknya, "Setelah ini, kita harus lebih hati-hati. Bahaya bisa datang dari mana aja, Yara tidak boleh lengah, okey?"
Yara mengangguk, dia mengusap air matanya. "Yara tidak mau nakal lagi biar Mama nggak terluka lagi."
Jaemin menatapnya, tersenyum maklum. "Yara nggak nakal kok, emang ada aja yang iseng. Dan lagi, sasarannya tadi 'kan Yara. Yara juga nggak nakal, jadi berhenti menyalahkan diri Yara sendiri." jelas Jaemin, berharap kalau Yara paham dengan ucapannya.
"Yara tidak salah?"
"Tidak, sayang, Yara nggak salah."
Yara tersenyum, dia meringkuk dipangkuan Jaemin. Mencari kehangatan di tubuh sang Mama.
"Yara seneng punya Mama. Mama seneng nggak punya Yara?"
Jaemin menatapnya, dia mengangguk. "Lebih dari senang, Mama bahkan bersyukur punya Yara."
Yara tentu saja merasa senang, bahkan sangat. Dia memejamkan matanya. Setelah ini, Yara akan niat kalau disuruh latihan bela diri. Yara tidak mau membuat Mama terluka lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRESCENT (MOON) ✔
FantasyCrescent moon. Saat bulan sabit muncul, semuanya berubah. Cinta dan takdir seolah mempermainkan mereka. Jaemin hanya butuh satu alasan agar dia menerima Mark sebagai matenya. Karena sebenarnya, mate seolah tidak ada harganya. "Jangan sampai aku meny...