⚠ INI ANEH BANGET, PLIS'( ⚠
23
"Ini sudah dua hari, kenapa Luna belum kembali?" Renjun menggigiti ujung jarinya. Merasa khawatir pada Jaemin, "Sebentar lagi malam. Aku takut terjadi sesuatu dengannya."
Haechan menarik napasnya dalam-dalam lalu ia hembuskan perlahan. Dia mengusap punggung sempit Renjun, "Jangan khawatir, Luna pasti baik-baik saja. Yang harus kita lakukan adalah, menuruti apa yang Jungwoo katakan. Dia juga pasti ingin yang terbaik untuk Luna dan Alpha." jelas Haechan menenangkan.
Renjun menghela napas. Dia menoleh, menatap ke luar jendela. "Walaupun tidak terlalu jelas, tapi Alpha terlihat sangat nyaman dan bahagia bersama Luna. Nona Yara juga." Renjun menjeda sebentar, "Aku baru melihatnya sesenang itu. Dia bahkan tidak ragu saat tertawa keras dengan Luna."
"Dia terlalu senang karena sekarang memiliki seorang Ibu," balas Haechan. Dia menyenderkan keningnya di pundak Renjun, "Melihat Nona Yara, aku jadi ingin memiliki satu."
Renjun meliriknya, dia mendengus lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau tau kalau itu tidak mungkin." balasnya datar, "Ya walaupun aku juga menginginkannya."
Haechan membawa kedua tangannya di perut Renjun. Memeluknya lembut, "Bagaimana kalau kita mengadopsi?"
"Kita akan." jawab Renjun, dia menepuk tangan Haechan di perutnya. "Tapi saat semuanya sudah normal. Aku masih ingin terus bersama Luna."
Haechan menggerutu, "Kenapa kau jadi lebih menyukainya?" tanya Haechan, terdengar protes.
Renjun tertawa, dia menyenderkan tubuhnya pada Haechan. Kepalanya bersandar di pundak Haechan, memandang langit-langit kamarnya. Dia memikirkan wajah Jaemin, cara dia tersenyum dan tertawa. Bahkan berbicara.
"Dia sudah seperti adikku sendiri."
"Iya juga. Dia sudah seperti seorang adik. Ya walaupun terkadang, tingkahnya tidak seperti seorang remaja."
"Tapi memang—"
Suara gedoran pintu terdengar.
"Kakak! Buka pintunya! Aku ingin mengadu."
Renjun mendengus, dia melepaskan pelukan Haechan lalu melangkah menuju pintu. Saat kunci diputar dan pintu dibuka, terlihat adiknya yang berdiri di depannya dengan napas memburu dan wajahnya memerah kesal.
"Kau kenapa?" tanya Renjun bingung.
Ningning mendengus, "Kak, kau harus mendengarkan aku. Aku kesal sekali dengan para ksatria yang dengan seenaknya mengintip di pemandian. Mereka sangat cabul, mesum dan kurang ajar." jelasnya bersungut-sungut. Terlihat jelas kalau dia sangat marah.
Renjun mengernyit, "Sudah memukulnya dengan panci?"
"Sudah! Tapi aku kurang puas. Seharusnya aku memukulnya dengan balok kayu."
KAMU SEDANG MEMBACA
CRESCENT (MOON) ✔
FantasyCrescent moon. Saat bulan sabit muncul, semuanya berubah. Cinta dan takdir seolah mempermainkan mereka. Jaemin hanya butuh satu alasan agar dia menerima Mark sebagai matenya. Karena sebenarnya, mate seolah tidak ada harganya. "Jangan sampai aku meny...