29
"Akhirnya keluar juga!"
Mark terkekeh. Dia membalas pelukan Jaemin. Ya walaupun lima hari kemarin dia stress banget, tapi beruntungnya Mark bisa ngelewatinnya.
Itu waktu sama Jaemin, baru kali ini rutnya dibantu. Biasanya Mark sendiri, mengurung dirinya sendiri.
"Huwee!"
Keduanya menoleh ke pintu, melihat Yara yang berdiri diambang pintu. Dia sedang menangis, tangan kanannya menutup mata kanannya sendiri.
"Ada apa? Yara kenapa?"
"Huwee Mama~" Yara berjalan mendekat. Dia mengulurkan kedua tangannya.
Bukan Jaemin yang mengangkatnya, tapi Mark. Pria itu mengangkat tubuh Yara ke gendongannya.
"Ada apa? Yara kenapa?"
"Yara benci Papa."
Mark mengernyit, "Kenapa jadi benci Papa? Papa tidak pernah berbuat salah sama Yara."
"Papa salah huwee." Malah makin kejer nangisnya.
Jaemin memandangnya, "Kalau mau nangis, nangis aja, Yara. Tidak perlu berpura-pura seperti itu."
Tangis Yara langsung terhenti. Dia mengusap bekas air mata di wajahnya. Mark mendengus, tidak tau kenapa bisa putrinya seperti ini.
"Tukang bohong."
"Tapi Yara tidak bohong benci Papa."
"Salah Papa apa?"
"Papa udah rebut Mamanya Yara!" Yara memandang Mark sengit, kedua tangannya terlipat di depan dada. "Mama Na itu Mamanya Yara. Punya Yara, Papa tidak boleh ambil Mama."
"Mama Na punya Papa, bukan punya Yara."
"Punya Yara."
"Punya Papa."
"Ihh! Mama punya Yara!"
"Kalau Mama punya Yara, Yara tidak akan punya adik." balas Mark tidak mau kalah.
"Oh?" Yara mengerjap, dia menatap orang tuanya bergantian.
Jaemin menghela napas, dia berjalan menaiki tempat tidur. Mark langsung menurunkan tubuh Yara lalu berlari ke arah Jaemin.
"Papa!" Yara memekik tidak terima. Dia berlari ke arah ranjang, menatap tidak suka pada Papanya yang memeluk Jaemin erat.
"Mama punya Papa." ujar Mark, dia memeluk Jaemin posesif. Menatap Yara meledek.
"Ihh!" Yara naik, dia merangkak mendekati Jaemin. "Jangan peluk-peluk Mama. Mama punya Yara!"
Jaemin memeluk Yara yang duduk di kedua pahanya. Tubuhnya bersandar sempurna di tubuh bagian depan Jaemin.
"Kenapa kalian terus saja berdebat?" tanya Jaemin jengah.
"Mama 'kan punya Yara. Punya Yara, bukan punya Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
CRESCENT (MOON) ✔
FantasiaCrescent moon. Saat bulan sabit muncul, semuanya berubah. Cinta dan takdir seolah mempermainkan mereka. Jaemin hanya butuh satu alasan agar dia menerima Mark sebagai matenya. Karena sebenarnya, mate seolah tidak ada harganya. "Jangan sampai aku meny...