Aneh, padahal sudah dua tahun lamanya adikku meninggalkan kami tanpa kabar yang pasti. Bahkan tubuhnya yang terbaring itu, entah bisa dikatakan dia sedang tertidur atau tidak.
Yah, melihat dia yang masih terbaring diatas brangkar itu, kami sangat yakin dia sedang tertidur. Tidur yang sangat nyenyak sampai-sampai tak seorang pun yang bisa mengganggu tidurnya.
Kami semua bertanya-tanya, apa yang sebenarnya dia lakukan disana sampai tertidur dengan sangat nyenyak seperti ini? Apa dia sudah merasa nyaman disana? Apa disana dia merasa aman hingga tak ingin bangun dan berkumpul bersama kami lagi?
Nyaris kami menyerah padamu, dek. Jika saja si bongsor, anak keempat, tidak melihat adanya pergerakan kecil darimu.
"Mau berapa lama lagi kak Avery tertidur? Bukankah waktu dia tahun itu sudah sangat lama?" tanya Abie, anak bungsu dari keluarga kami.
"Tidak ada yang tahu kapan dia bangun, Abie. Sekalipun dokter terpintar, dia tidak akan bisa memperkirakan kapan Avery bangun. Hanya Tuhan saja yang tau" jawab kak Olio.
Ya... Mungkin terdengar jahat karena dari nada suara kak Olio terdengar datar tanpa ekspresi, tapi begitulah nyatanya, karena pertanyaan Abie bukan hanya ditanyakan sekali dua kali saja, tapi setiap ada kesempatan selama dua tahun ini anak itu pasti menanyakannya. Bukan hanya Abie, tapi Naeva juga. Kedua anak itu rajin sekali menanyakannya.
Dua tahun ini, ayah dan bunda terus mengusahakan yang terbaik untuk Avery. Apapun itu akan mereka lakukan. Berpindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain, bahkan sampai melintasi benua hanya untuk mendapatkan pengobatan terbaik.
Tidak salah memang, Avery memang salah satu anak kebanggaan orang tua kami. Tentu saja kami juga kebanggaan mereka, yang sedikit berbeda disini hanyalah saya tahan tubuh Avery sedikit lebih lemah dari kami.
Naeva juga sama sebenarnya, mereka berdua memiliki daya tahan tubuh dan fisik yang sedikit lemah dibandingkan yang lain. Tapi Naeva tau kapan dia harus berhenti dan kapan harus dia mengurangi kegiatan yang menguras tenaga.
Berbeda dengan Avery. Dia itu anaknya nekat, ya, sama seperti ku sih. Kami berdua sama-sama punya ambisi yang tinggi jika sedang menyukai atau menggemari sesuatu. Tapi kadar ambisiku lebih tinggi dari dia.
Dan karna itulah hal ini terjadi. Dia memang anak yang nekat, dan juga cereboh. Rasanya sulit untuk tidak mengawasinya dalam waktu yang singkat, karena sedikit saja mengalihkan pandangan hal yang tidak diinginkan terjadi.
Ah, tidak, aku hanya melebih-lebihkan itu, tapi soal dia anak yang nekat dan cereboh itu benar, lho.
"Jangan pernah berhenti berdoa pada Tuhan. Hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang, nak" sahut Bunda sembari tersenyum teduh.
"Kemarin-kemarin sudah banyak yang kita lakukan untuk Avery, jadi sekarang adalah saatnya memperbanyak doa untuk Avery" tambah Ayah.
Hah... Andai saja aku bisa mengeluarkan suaraku, aku juga ingin memberikan semangat pada mereka semua.
Tgl: 26 Feb 2023
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Us? Or Just You?
Teen FictionAku yang akan bercerita, tapi ini bukan tentang diri ku. Ya, katakan saja bukan aku sang tokoh utama di dalam kisah ku ini