"Kak Avery!!!"
"Abie, pelankan suaramu!! Ini rumah sakit, bukan lapangan outdoor!!"
Eh, tumben kalian berdua terlambat datang, Naeva dan Abie. Hampir 5 jam Avery sendirian di kamar ini. Ayah dan Bunda katanya siang baru bisa datang karena mengurus sesuatu, kak Olio juga katanya begitu.
"Hehehe, maaf kak. Khilaf" Abie cengengesan.
Dari dulu kalian berdua ini tidak pernah tidak bertengkar ya. Ya, berkat kalian suasana sekarang jadi lebih ramai dari sebelumnya. Sayang sekali ya suaraku tidak kedengaran sampai disana. Mungkin kalau sampai sudah dari tadi aku berbicara seperti orang gila disana karena Avery pasti tidak akan menyahutinya.
"Ah, kak Avery. Maaf ya kami terlambat datang, gara-gara kak Naeva tuh makanya kami sampai terlambat kesini" kata Abie lalu menyalakan Naeva.
Naeva jelas kaget dan bahkan melotot saking kagetnya mendengar ucapan Abie barusan.
"Salahku? Dari mananya terlambat datang kesini itu jadi salahku? Justru salah mu karena kau lama sekali memilih disana. Enak saja kau menyalahkan ku" elak Naeva membantah tuduhan Abie.
"Kok aku? Kan kakak yang bolak-balik bahkan sampai dua kali mutar-mutar tidak jelas disana. Jadi siapa yang lebih membuang waktu sampai kita jadi terlambat sampai disini?"
"Kau berani menyalahkanku?! Nyali mu besar juga rupanya"
"Tentu saja!! Ku tidak salah, jadi untuk apa aku takut?!"
"Tidak salah kau bilang?! Kau sudah tidak membutuhkan mulut lagi rupanya. Dengan sangat senang hati akan ku bantu kau menjahit mulutmu itu. Jelas-jelas kau yang lebih salah disini"
"Kalau aku tidak sayang mulutku justru aku akan bohong dengan berkata bahwa aku yang salah. Tapi aku jauh lebih menyayangi mulutku jadi ku berkata jujur sesuai kenyataan"
Keduanya lalu saling menatap dengan sengit satu sama lain. Sepertinya mereka sudah kehabisan kata-kata untuk saling tuduh dan menyalahkan satu sama lain.
Mereka ini padahal sudah besar, tapi tetap saja kekanakan. Orang-orang pasti sudah banyak yang tertipu dengan tampilan luar mereka yang terlihat punya wibawa itu.
Lama saling menatap sengit, akhirnya kegiatan sia-sia itu berhenti.
"Sudahlah, gara-gara kau aku jadi terlihat kekanakan karena berdebat tak bermutu dengan mu" kata Naeva.
Ah, anak itu berkata demikian bukan karena ia mengalah, tapi untuk mengakhiri perdebatan tak berujungnya itu dengan Abie.
"Kakak memang kekanakan. Kasihan orang-orang diluar sana karena sudah tertipu tampilan kakak. Mereka mengira kakak itu orang yang sinis. Tidak salah sih, tapi lebih mengarah ke orang aneh" ujar Abie yang sudah pasti mengundang emosi Naeva yang sebelumnya sudah ia coba redakan.
"Kau kalau ingin ku hajar, katakan saja dengan jelas jangan memberi kode tersirat seperti itu, Abie" geram Naeva menahan emosinya.
Hah.... Mereka berdua tidak pernah berubah ternyata.
"Ah, hampir lupa!! Kak Avery, ini kami bawakan selimut baru untuk kakak. Selimut bulu!" Kata Abie dengan penuh semangat memperlihatkan sesuatu dari dalam bingkisan yang ia bawa itu.
"Sebenarnya aku sudah bosan mengatakannya tadi, Abie. Tapi kali ini aku mendadak sangat ingin mengatakannya. Kak Avery itu orang kutub, jadi memberikannya selimut bulu seperti itu sia-sia saja"
"Tapi mungkin saja dengan selimut ini bisa mengembalikan panas tubuh kak Avery"
Avery, coba kau lihat mereka. Keduanya walaupun terlihat nakal dan bandel, tapi nyatanya mereka berdua sangat menyayangimu. Ngomong-ngomong soal selimut bulu, selimut itu terlihat sangat halus, ya. Seandainya saja jemari ku ini masih berfungsi sebagai semestinya, sayang sekali ya malah tidak bisa ku gunakan.
Tgl: 28 Feb 2023
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Us? Or Just You?
Teen FictionAku yang akan bercerita, tapi ini bukan tentang diri ku. Ya, katakan saja bukan aku sang tokoh utama di dalam kisah ku ini