Malam itu,
Di malam itu adalah titik balik dimana semuanya berubah.
Suara sirine ambulan saling sahut menyahut memenuhi halaman rumah sakit.
Para tenaga medis, para perawat dan dokter sibuk berlalu lalang menangani para pasien korban tabrakan beruntun terbesar dalam sejarah.
Bahkan rumah sakit pusat yang terkenal besar dengan fasilitas lengkap itu sulit menangani lonjakan korban yang datang silih berganti. Perlu 3 rumah sakit untuk dapat menangani para korban tersebut.
Dan salah satu diantara ratusan korban itu, terdapat dua anggota keluarga Maleukra. Mereka berdua adalah anak kembar dari keluarga tersebut.
"Tolong selamatkan anak ku, dok!!" Seru Nyonya Maleukra sambil menangis histeris memohon pada sang dokter.
"Kami akan mengusahakan yang terbaik untuk mereka, nyonya" jawab Dokter dengan suara setenang mungkin dengan harapan agar Nyonya Maleukra juga bisa tenang.
Namun nyatanya tidak. Wanita yang usianya telah melewati setengah abad namun memiliki paras dan fisik yang awet muda itu terus meraung meratapi nasib kedua anak kembarnya yang sangat tidak beruntung itu.
"Nyonya tolong tenanglah, anda bisa mengganggu konsentrasi dokter" ujar perawat yang kini mencoba menenangkan Nyonya Maleukra namun tidak berhasil.
"Tolong selamatkan Alvia dan Avery ku!! Selamat mereka, ku mohon!!!"
Nyonya Maleukra semakin bertambah histeris, bahkan wanita itu sampai berlutut memeluk kaki dokter dan memohon untuk menyelamatkan kedua anak kembarnya.
Akhirnya Tuan Maleukra turun tangan untuk menenangkan istrinya. Anak sulungnya, Olio Maleukra, beserta kedua anak bungsunya, Naeva Maleukra dan Abie Maleukra, yang larut dalam tangisan cemas dan khawatir mereka mencoba menahan diri dan ikut menenangkan ibu mereka.
Tuan Maleukra sebagai suami, ayah, dan kepala keluarga itu berusaha setengah mati untuk menahan emosinya agar tetap tenang.
Saat seperti ini memang harus ada setidaknya satu orang yang bisa menenangkan kecemasan dan kekhawatiran serta menjadi sandaran dengan kalimat penyemangat dan harapan pada keluarganya, dan itu adalah dirinya.
"Sayang, mereka berdua akan baik-baik saja. Dokter dan para perawat sedang berjuang menyelamatkan mereka berdua. Sekarang tenanglah" kata Tuan Maleukra pelan sembari mengelus kepala lalu punggung istrinya, mencoba menyalurkan ketenangan yang ia setengah mati ia bangun itu di tengah kondisi seperti ini.
"Bagaimana aku bisa tenang setelah melihat kondisi kedua putri kembarku?! Bagaimana bisa aku sebagai ibu mereka tenang disaat kedua anaknya tengah berjuang antara hidup dan mati mereka? Bagaimana bisa mereka dalam kondisi seperti itu sedangkan aku ibu mereka tidak melakukan apa-apa untuk membantu mereka?"
Tangisan Nyonya Maleukra kini semakin histeris.
Kedua anak kembar keluarga Maleukra itu kini telah berada di ruang operasi bersama dokter dan beberapa perawat.
Tuan Maleukra masih memeluk dan terus menenangkan istrinya yang masih histeris. Olio, Naeva, dan Abie tidak tahu harus bagaimana, mereka sendiri juga sedang bersedih dan di satu sisi yang lain juga tidak tega melihat ibu mereka masih histeris.
Keadaan keluarga Maleukra saat ini benar-benar sangat kacau.
Hampir dua jam lamanya mereka menunggu hasil operasi, bahkan keterangan operasi telah selesai belum juga muncul. Mereka menunggu diatas ketidakpastian dan terombang-ambing disana.
Yang ditunggu akhirnya tiba, dokter bedah yang menangani operasi kedua anak kembar keluarga Maleukra itu muncul lalu menatap ragu, bersalah dan kasihan secara bersamaan kearah keluarga Maleukra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us? Or Just You?
Teen FictionAku yang akan bercerita, tapi ini bukan tentang diri ku. Ya, katakan saja bukan aku sang tokoh utama di dalam kisah ku ini