Chapter 6 | Hmm, bahkan gue masih nggak tahu kenapa Mami suka sama Yaoi!
Tapi toh gue tetep dandan juga. Pakek kemeja kotak-kotak andalan gue. Jangan berpikiran yang macam-macam! Gue cuman nggak mau kelihatan dekil kok di depan cowok itu, bukan karena gue sangat mengharapkan malming sama manusia dingin kayak Rex-saurus. Lagian, kalo boleh memilih, gue masih mau di rumah aja. Main Dota atau dengerin Dev nyanyi di playlist gue. Oh, atau WhatsApp-an bareng cewek yang-ini sih sok-sokannya gue aja-lagi deket sama gue. Yang cantik dan bahenol itu. Kenyataan aslinya, cewek itu-Sarah-mendekati gue hanya pengen tahu soal Januar. He-eh, kakak gue yang menyebalkan itu memang lumayan laku kok.
Poin lainnya kenapa gue akhirnya memutuskan pergi malming bareng Rex, karena Mami yang memaksa. Dia bakal ngasih gue laptop baru, yang layarnya lebih lebar dan yang lebih mahal dari laptop gue yang sekarang. Makanya gue mau-mau aja setuju pergi sama Rex. Mematut diri gue di depan cermin, bertanya-tanya kenapa tampang gue malah kelihatan kayak cewek tomboy kalo gue kancing bagian atas kemeja yang gue kenakkan. Cih! Dengan berat hati gue melepaskan kancing yang paling atas, biar gue kelihatan kayak cowok beneran.
Pintu gue diketuk beberapa kali. Sambil mendesah lesu, gue menyahut. "Ya?"
"Mas Biri-Biri, itu teman kencan cowoknya udah dateng. Lagi nunggu di teras rumah." Bibi Hayana memberitahu. Hanya dia satu-satunya pembantu yang memanggil gue dengan sebutan Biri-Biri. Gue nggak marah, karena nama itu lucu. "Kata teman kencannya Mas juga, jangan lama-lama, dia nggak suka nunggu."
Gue mendengus keras-keras. Kayak gue peduli aja. Gue malah berpikir untuk berdiam diri di kamar dulu, biar Rex lebih lama nunggunya. Biar dia emosi tingkat dewa. Sigh! Sayangnya gue tidak melakukan hal itu. Gue juga nggak suka nunggu. Gue mikirnya, gimana kalo gue jadi Rex dan nunggu orang yang sengaja ngelamain dirinya. Karma itu ada, jadi gue nggak mau kena resiko yang sama. Dengan malas, gue membuka pintu kamar dan berjalan ke teras. Menemui cowok menyebalkan yang sudah mencium gue dua kali. Atau tiga kali. Atau terserah!
Gue nggak ada niat untuk ciuman sama cowok itu lagi. Like ever!
Langkah gue pelan saat menuruni tangga. Mei yang lagi duduk di sofa yang ada di ruang keluarga melihat gue dengan tatapan penuh kebahagiaan. Seakan-akan apa yang terjadi di hidup gue ini adalah miracle di kehidupan Mujoshi-nya. Atau Fujoshi, ya? Ah, terserahlah! Gue nggak mau ambil pusing soal Mujo-Fujo apalah itu. Masih ada urusan yang lebih penting dari itu semua. Gue harus menyiapkan mental yang banyak untuk menghadapi Rex.
"Bunny, kamu nggak sisiran, ya?" tanya Mami, tiba-tiba muncul di hadapan gue kayak hantu tak diundang pulang tak diantar. "Masa kamu mau jalan rambutnya acak-acakkan sih? Seharusnya rambut kamu disisir yang bagus, kayak jambul anti kondomnya Syahrini itu, lho."
"Anti badai Mami, bukan anti kondom." Gue menggeleng-gelengkan kepala, prihatin dengan kehidupan yang ada di keluarga gue ini. Semua otak di keluarga ini sangatlahpervert.
"Emang anti badai?" tanya Mami nggak percaya. "Anti kondom, ah! Kemarin Mami nontoninfotaiment terus mereka bilang jambulnya Syahrini itu jambul anti kondom."
"Terserah Mami ajalah." Gue bener-bener lagi malas berdebat. Toh, gue tahu gue bakal kalah lawan Mami. "Febri udah sisiran tadi. Memang dasar rambutnya Febri aja yang suka acak-acakkan dengan sendirinya." Mami hanya mengangguk-angguk. Papi yang lewat di depan gue juga hanya menatap sekilas. Anaknya kencan sama laki-laki itu bukan masalah besar buat dia. "Ya, udahlah Mi! Febri mau jalan dulu sama-" Gue malas sekali nyebut namanya. "Rex."
"Oh, iya!" Mami berseru penuh semangat. "Ya, udah, yuk!" Mami menggandeng tangan gue hingga ke teras. Rex sudah berdiri di sana. Dengan jaket bertuliskan Chicago dan celana Denim yang warnanya mulai agak pudar. Dia terlihat keren. Meski gue nggak akan bilang itu ke dia!
KAMU SEDANG MEMBACA
Horrible Life!!!
HumorFebri nggak pernah menyangka hidupnya akan penuh cobaan. Maksudnya, Febri tau betul dia nggak laku dan masih perjaka sampai umurnya berkepala dua. Oh, itu nggak penting. Tapi tetap membuat Febri nelangsa. Sampai akhirnya dia bertemu dengan sosok Rex...