Chapter 14 | I never expect this shit!
Gue langsung mengalihkan mata ke arah lain. Lebih tepatnya, ke gerombolan anak-anak ABG yang lagi berenang telanjang di pantai sana. Bisa gue rasakan kalau leher gue menghangat. Bukan, ini bukan karena efek dari alkohol yang gue minum. Penyebab pastinya karena... sekilas gue sempat melihat batang pen-kontol Rex yang berwarna kecokelatan seperti kulit tubuhnya. Ditambah sama jembut Rex yang terlihat rapi. Bagaimana mungkin dia bisa punya jembut serapi itu, hmh? Dia nggak mungkin bawa ke salon, kan? Kayak Norman itu, lho. Yang dua bulan sekali selalu pergi ke Wax Feather untuk membersihkan dan merapikan jembutnya. Si Norman ini pernah bentuk jembutnya dengan gaya mohawk. Oh, sebenarnya apa yang lagi gue pikirin sih?
"Ayo!" ajak Rex, dia sudah berlari ke bibir pantai. Gue menatap Rex. Shit! Pantatnya Rex kencang sekali seperti pantatnya Zac Efron. Oh, tenang saja. Gue bilang begini bukan karena suka sama pantatnya Zac Efron atau apa. Tapi gue pernah lihat Zac menampilkan pantatnya di film That Awkward Moment. Kencang. Padat. Seperti itulah pantat Rex ketika dia berlari kecil ingin menerjang ombak. Pantat itu seksi.
Ya, ampun! Gue mikir apaan, Tuhan?! Berhenti Febri, sebelum pingsan dan tergeletak kayak pecundang di sini. Masih dengan detak jantung yang berdegup kencang, gue membuka kaus gue, menurunkan celana karet hingga ke bawah, berbalik sebentar untuk melepas celana dalam. Angin pantai yang dingin membuat badan telanjang gue merinding. Dengan kedua tangan yang menutupi kontol-thank God kemarin sore gue sudah nyukur jembut-gue berlari menyusul Rex yang sudah berada di dalam air. Dia sedang menenggelamkan kepalanya, dua detik kemudian dia mengangkatnya lagi. Matanya terbelalak saat melihat gue mendekat.
Fucking shit! Airnya dingin banget. Gue langsung mundur beberapa langkah. Berenang malam-malam, ini memang masih jam setengah delapan, bukanlah ide yang bagus. Gue mengurungkan niat untuk masuk ke dalam air, sayangnya Zavan menarik tangan gue. Hampir membuat kontol gue terekspos dengan jelas, meski nggak bakal ada yang peduli juga. Lihat saja mereka semua. Dengan PD-nya ke tepi pantai memperlihatkan barang andalan yang mereka punya. Yah, buat apa juga malu? Kan semua kontol gitu-gitu aja. Hanya beda ukuran sama yang nggak disunat. Oh, sama warnanya juga. Sama bentuk kepala kontolnya juga.
"Cold, cold, cold!" gerutu gue, air asin itu sudah sampai dada. Gue mengangkat tangan hingga ke udara, agar bisa seimbang waktu ombak menggoyang-goyangkan tubuh gue. "I hate you, Zavan!"
Zavan nyengir. "Hanya orang jelek yang benci orang ganteng kayak gue. Ay, mi papito! Have fun!"
Dengan terpaksa, gue juga sudah berada di air, maka gue pun memtuskan untuk memasukkan kepala gue ke dalamnya. Menarik napas panjang, gue menunduk hingga seluruh air itu menenggelamkan gue. Tentu saja gue nggak tenggelam. Hanya lagi-ah, seseorang menarik gue naik. Mata gue perih saat gue buka. Rex sudah berdiri di depan gue, dia menyisir rambut basah gue ke belakang. Tatapannya meneduhkan, seolah-olah bicara kalau dia akan melindungi gue dari hiu atau apa. Dia mendekat, membalikkan badan gue hingga menghadap ke ombak yang bergulung-gulung. Juga ke bulan malam yang terang. Bentuknya besar sekali.
Bulan itu, maksud gue. Bukan kontol Rex yang sedang menempel di pantat sebelah kiri gue.
"It's beautiful," ujarnya seperti bernyanyi. Dia menempelkan bibirnya di telinga gue. "Right?"
"Yeah," jawab gue, mengenggam tangannya yang berada di pinggang gue. Air laut yang dingin langsung menghilang ketika hangat tubuh kami bersatu. "Gue nggak pernah berenang malam-malam kayak gini. Ngelihat bulan yang kayak ada di depan muka gue. Can I reach it?"
"No," bisik Rex. "Nanti gue beliin lo bulan. Mau yang rasa cokelat atau kacang?"
Gue tertawa. "Itu Terang Bulan, bastard." Bisa gue rasakan Rex tersenyum di kulit gue. Perlahan, gue berbalik untuk melihat wajahnya. Rex terlihat keren sekali dalam keadaan basah seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horrible Life!!!
HumorFebri nggak pernah menyangka hidupnya akan penuh cobaan. Maksudnya, Febri tau betul dia nggak laku dan masih perjaka sampai umurnya berkepala dua. Oh, itu nggak penting. Tapi tetap membuat Febri nelangsa. Sampai akhirnya dia bertemu dengan sosok Rex...