Hak dari ankle boots yang dikenakan Kanigara Juni terperosok di antara susunan terakota ketika dia berusaha berjalan cepat di atasnya. Gadis itu mengeluh sesaat, membenarkan posisi boot-nya, lalu kembali melangkahkan kaki dengan terburu-buru. Tujuannya adalah sebuah bangunan bergaya minimalis dengan dominan warna kuning cerah. Ada standee berbentuk es krim di depan kaca berhias warna-warni yang jika dilihat dari kejauhan tampak seperti taburan meses. Sundays. Pukul lima sore. If she's lucky, they'll be there till sunset and more. How romantic for a first date!
First date. Setelah dua puluh lima tahun. Rasanya terdengar ... seperti sesuatu yang Juni pikir tidak akan pernah dia lakukan. Gagasan itu seketika membuat tangannya berkeringat dan jantungnya berdebar-debar. Membuatnya harus mengelap tangan pada roknya sebentar sebelum memeriksa ponsel, tepatnya pada kotak perpesanan terakhir yang mereka lakukan lewat aplikasi MenU, aplikasi kencan online dimana mereka berjodoh.
Laki-laki itu bernama Budi, 28 tahun, bekerja di bank. Tingginya sedang, 170an jika dilihat dari foto dan cukup berisi. Tapi yang terpenting adalah, dia punya kumis tipis di wajahnya, membuatnya sedikit mirip mantan suami sepihak Juni, aktor Dimas Lukman.
[Budi]
Yesterday
Kalau gitu sampai ketemu di Sundays jam 5 sore.
Oke. Saya nanti pakai sweter ungu dan rok kuning, rambut pendek.
Pasti gampang ketemunya!
Haha sip.
Saya bakal pake baju putih, jins biru sama topi item.
Today
Pak!
Eh, Mas. Maaf saya kayaknya terlambat sebentar, ya. Soalnya lagi hujan.
Gapapa. Saya akan tunggu.
Pesan balasan itu dikirimkan dua jam yang lalu. Sekarang, sudah lewat dari pukul lima. Juni terlambat dan pasti Mas Budi tengah menunggunya sekarang. Duh! Semoga saja dia tidak marah.
Sebelum mendorong pintu kaca kedai es krim itu agar terbuka, Juni menegakkan badan dan memperbaiki pakaiannya lebih dahulu. Hari ini ia mengenakan rok tartan selutut warna mustard. Baju wool lengan panjang berwarna ungu pastel dengan topi baret yang senada. Oke, sudah cukup presentable untuk ukuran kopi darat kasual, bukan? Hanya saja, dia tidak boleh mengulur waktu lebih lama lagi di depan sana. Juni dengan cepat menyimpan ponsel kembali ke dalam tas tangannya.
Pintu kaca itu ia dorong tanpa menimbulkan suara, sehingga Juni punya waktu untuk terpaku di depan sana tanpa menarik perhatian. Matanya dengan cepat berkeliling, mencari sosok dengan ciri-ciri seperti yang disebutkan mas-mas calon blind date-nya semalam: baju putih, celana biru, topi hitam─
Di sana. Juni akhirnya menemukannya. Duduk sendiri di pojok seolah sedang menunggu seseorang. Tidak salah lagi.
Seiring langkahnya yang berjalan mendekat, Juni menyadari beberapa hal. Mas-mas blind date itu ternyata memiliki postur tubuh yang bagus. Foto profil yang dipajang really didn't give him justice. Mungkin dia telah menjalani semacam diet atau apa, tapi bertemu langsung begini, dia justru terlihat tegap, tidak kurus, tidak gemuk. Dia juga sepertinya tinggi, lebih tinggi dari yang Juni bayangkan, menilik dari kakinya yang tampak panjang, dengan santai melintang di bawah meja. Juni hanya berharap dia tidak mencukur kumisnya yang lucu itu. Sayangnya, ia tidak bisa memastikan karena pria itu mengenakan masker.
KAMU SEDANG MEMBACA
MenU Project: Choosy Clumsy
RomanceKanigara Juni berpikir dia bisa hidup tenang dengan suami sepihaknya, aktor populer Dimas Lukman serta keenam kucing yang telah ia rawat seperti anak sendiri. Namun ketika musuh besarnya mengumumkan pernikahan, bersamaan dengan Dimas Lukman yang di...