Halo~ Ayo kenalan dulu.
Kamu?
Cerita ini bakal ringan dan buat lucu-lucuan. Minta vote dan comment yang banyak, boleh?
Update tiap Jumat. Tapi bisa lebih sering kalo rame~ Jadi ramein, ya~
Satu jam menjelang jam makan siang, Juni merentangkan kedua tangan ke atas, lalu meraung keras-keras sembari menggeliat.
"RAWRRR AING CAPEK!!!" teriaknya, menguap. Otot-otot lengannya yang diregangkan terasa mulai rileks, Juni pun menurunkan tangan dan terkulai di kursi, menatap hasil pekerjaannya di layar komputer. Tulisannya untuk kampanye jelang ramadan. Masih mentah. Belum direvisi ulang.
Ini sudah revisi ketiganya. Dia harus merombak semua dari awal, dari bagian brainstorming yang paling menguras energi. Jika si Tua Bangka itu menyuruhnya revisi sekali lagi, niscaya Juni akan menjambaknya, menggigit kupingnya lalu memeras perut lembeknya seperti memeras cucian selimut, meski semua hanya dalam kepala Juni sendiri. Deadline-nya hari ini, karena besok hasilnya sudah harus dipresentasikan dalam rapat internal bersama seluruh tim. Tapi Si Tua Bangka itu terus saja menyuruhnya revisi. Juni pikir, jika dia hidup di zaman Roro Jongrang, ia mungkin bisa mengerjakan seribu candi lebih cepat daripada Bandung Bondowoso, saking terbiasanya dengan revisi semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MenU Project: Choosy Clumsy
RomanceKanigara Juni berpikir dia bisa hidup tenang dengan suami sepihaknya, aktor populer Dimas Lukman serta keenam kucing yang telah ia rawat seperti anak sendiri. Namun ketika musuh besarnya mengumumkan pernikahan, bersamaan dengan Dimas Lukman yang di...