00

1.7K 219 34
                                    

ANNE ROSEYTA PRAMUDYA, wanita yang akrab disapa Rosey—siapa sangka akan menikah dengan kakak iparnya sendiri?

Hakikatnya, bukan keinginan Rosey menempati posisi mendiang kakak perempuannya sebagai istri. Akan tetapi, permintaan terakhir Jena di detik-detik terakhirnya tidak mampu Rosey tolak begitupun suaminya — yang amat mencintai Jena melebihi diri sendiri—tidak bisa berkutik lagi selain mengiyakan.

Jenari bilang, dia ingin suaminya itu tetap memiliki istri yang menemani dan mengurusnya, kendati suaminya sempat mengatakan tidak akan lagi menikah sebab hanya Jenari pemilik tahta hatinya, tetapi Jenari tak ingin suaminya terus berduka maka dari itu dia memohon pada suaminya itu agar menikahi adiknya, sebab hanya satu orang yang ia relakan menjadi pasangan suaminya selepas dirinya tiada dan orang itu adalah Roseyta, adik kandungnya.

Banyak hal yang Rosey korbankan demi memenuhi karsa Jenari. Dan hal tersulit adalah perasaan Rosey sendiri pada VEENAN LEUKE SALIM, kakak iparnya yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya.

Jena meninggal satu tahun lalu dan kini terhitung telah menginjak tahun pertama pernikahan Rosey Veenan. Tidak ada hal istimewa di dalamnya, melainkan hanya status kedua orang itu yang sudah berbeda. Tinggal di satu atap yang sama, tetapi mereka diam-diam tidur di ranjang masing masing. Berlagak seperti sepasang suami istri pada umumnya di depan keluarga dan kolega-kolega, tetapi jadi begitu kaku kala mereka hanya berdua. Semua hanya sandiwara dan keduanya menekuninya itu dengan
sangat baik.

Namun, siapa sangka bahwa segala sandiwara itu hanya menikam sosok Roseyta perlahan demi perlahan di semenjana perasaan yang harusnya tidak pernah tumbuh? Roseyta jatuh cinta, cinta sepihak yang dia simpan rapat rapat pada suaminya.

Benar kata orang bahwa perasaan hanya tentang waktu. Hanya saja, apakah itu berlaku untuk Veenan? Yang jelas hatinya tertutup rapat hanya untuk sosok Jenari? Wanita malang yang hidupnya digerogoti kanker darah.

"Bolehkah aku menyampaikan suatu hal padamu?" Lirih Roseyta. Duduk di kursi makan dengan kedua tangan yang memegang erat sendok serta garpu. Irisnya melebar tepat disaat pandangannya bertemu dengan iris coklat milik suaminya yang duduk berseberangan dengan dirinya.

"Tanyakan saja, dan saya akan jawab sebisa saya." Jawab Veenan dengan bahasanya yang sangat kaku.

Dulu seingat Roseyta, ketika masih menjadi suami Jenari, Veenan tidak memakai kata saya, melainkan aku pada sang istri. Itu telak membuat Rosey mengerti bahwa posisinya tak sama dimata Veenan meskipun dia sekarang sudah resmi dimata hukum dan agama sebagai seorang istri.

Ada dinding menjulang tinggi yang berdiri diantara Rosey dan Veenan. Dinding yang begitu rumit sehingga Rosey tidak pernah menemukan titik celah untuk menembusnya.

"Mengapa kamu begitu mencintai Jenari? Apa yang kamu lihat darinya sampai kamu secinta itu?" Terdapat getir pahit dalam pertanyaan Rosey yang terlontar dari labiumnya. Sesak itu semakin menjadi-jadi saat sudut netra suaminya mulai menitikkan air mata. Begitu cintakah hingga tidak ada lagi tempat yang tersisa untuk Rosey dalam ruang hati suaminya?

"Jenari adalah belahan hidup saya. Tidak ada alasan khusus karena dia adalah arti cinta itu sendiri untuk saya." Veenan meletakkan garpunya, dia berdiri.

"Saya sudah kenyang. Lanjutkan saja makanmu. Hari ini kamu ke rumah sakit sendirian ya. Saya ada rapat dengan pimpinan rumah sakit."

Rosey menimpali dengan cepat, dia berdiri, mengitar meja lantas Rosey mencekal pergelangan tangan sang suami. "Apakah kamu tahu berapa banyak hal yang aku korbankan di pernikahan ini? Tidak bisakah kamu sekali saja melihatku? Sampai kapan aku akan menjadi bayang-bayangmu Veenan? Sesulit itu membuka hati untukku?"

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang