14

788 145 21
                                    

Veenan menatap layar macbooknya. Dia mematukkan jemarinya ke atas meja. Mengamati dengan seksama, otaknya berputar tak mengerti akan segala enigma yang menyelubungi keluarganya. "Kak Naren, apa yang ingin kamu sampaikan ke aku hari itu?"


Bila orang berpikir Veenan hanya diam. Itu salah besar. Dia selama ini masih berusaha mencari tahu siapa dalang dibalik kematian kakak dan musibah yang dialami Rosey. Meski kasus itu ditutup karena tidak ada bukti memadai, tetapi Veenan yakin masih ada celah untuk membongkar semuanya.

Veenan, jangan percayai siapapun dikeluarga kita. Nanti malam ayo kita bertemu. Aku akan beritahukan semuanya padamu.

"Sial." Veenan meremat tangan. Dia harusnya bertemu dengan Narendra hari itu, tetapi sang kakak malahan dibunuh dengan kejam. Begitu pula istriya yang entah bagaimana bisa ada disana. Veenan berasumsi jika Rosey sedang belanja karena saat itu tagihan masuk ke rekeningnya sangat banyak.

Satu hal yang jadi praduga Veenan. Mungkin Roseyta memergoki Naren sedang bersama seseorang saat itu.   Dengan kata lain, Rosey sebenarnya adalah saksi kunci dari pembunuhan Narendra. Itu sebabnya, pembunuh itu memukuli kepala Rosey sampai hancur. Veenan yakin akan hal itu.

"Ke mana perginya kamera dasbor dimobil Narendra? Setidaknya itu harapan terakhirku." Lirih Veenan. Dia menangkup wajahnya kemudian setetes air mata membasahi pipinya.

"Aku akan membunuhnya, siapapun orang yang telah membunuh Naren dan sebabkan Rosey jadi seperti ini."

Ceklek... Mendadak pintu ruangan Veenan terbuka, disusul sosoknya James yang menghampirinya. Pria itu menatap Veenan datar sebelum mengutarakan maksudnya. "Apakah kamu tahu, bahwa kakak kita Naren adalah ayah dari Jasmin."

D.E.G. Bola mata Veenan memenuh, dia membuka mulutnya. "Mereka— inces?" Tanya Veenan terkejut bukan main.

"Benar. Aku mengunjungi Sonia hari ini di penjara. Dan dia mengatakan itu padaku. Dia memintaku beritahu ini padamu, dan meminta agar kamu menemuinya. Dia bilang, dia tahu— orang yang memanipulasi CT Scan
istrimu dulu."

Bruk. Veenan langsung menggebrak meja. Matanya menyiratkan sorotan tajam. Kemudian Veenan bergegas keluar dari ruangannya untuk segera menemui Sonia.

Sementara di sisi lain, James hanya diam, tetapi dia bisa melihat siluet seseorang dari cermin dipojok ruang itu. Seseorang yang sekarang tengah berlarian mengejar Veenan. "Leysa," gumam James melihat saudarinya yang keluar dari persembunyiannya selepas menguping perbincangan singkatnya dengan Veenan. "Diriku tahu apa yang akan kamu lakukan, Leysa."

Tangan James terkepal, "Saudara saudariku. Benar... kalian harus mencabik-cabik satu sama lain— kalian harus hancur dan aku tidak akan mengotori tanganku karena aku akan melihatnya sendiri. Hari di  mana kalian akan membunuh satu sama lain. Setidaknya dapatkanlah kharma dari perbuatan papa kita pada ibuku."

"Maafkan aku Sonia, meskipun kamu saudara kembarku, tapi kamu sudah lama meninggalkan aku sendirian. Jadi aku tidak akan merasa bersalah   melakukan ini."

××|××

Jordan Leuke Salim tidak semanis yang terlihat. Lelaki dengan senyum tulusnya itu pada realitanya tidaklah memiliki emosi. Jordan tahu, bahwa dia tidak sama dengan orang pada umumnya. Sedari kecil, Jordan telah menunjukan tanda-tanda psikopat yang mana fakta itu hanya diketahui oleh beberapa orang tertentu.

Jordan lahir membawa gen psikopat, 97%.

Hal itu terkuak saat mamanya sadar dengan tindakan aneh putranya kala masih dibangku TK. Jordan memiliki rasa penasaran yang menurut mama sedikit mengerikan dan anak itu tak mampu mengendalikan emosinya—

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang