13

582 147 26
                                    

Nguing... Nguing... Nguing...

Dari balik jendela mobil, Roseyta menatap heran. Dia sedang menuju rumah Sonia untuk menemui Jasmin lagi, tetapi malahan sudah banyak polisi di sana. Hal itu membuatnya dengan buru-buru turun. Sayangnya netra Rosey membelelak saat lihat seseorang yang dibawa oleh petugas medis keluar dan ditutup kain putih.

"Apa yang terjadi? A-apa ini." Tanya Rosey mendekat. Dia membuka kain itu dan terhuyung ke belakang saat melihat mayat Jasmin. Anak kecil itu terbaring tanpa nyawa, dan dengan darah memenuhi wajahnya. Apakah Rosey halusinasi? Agaknya dia tadi masih melihat Jasmin baik baik saja.

Tidak lama, mobil alphard masuk ke pelataran rumah megah itu. Lantas empat orang keluar dari sana. Leysa, Jordan, James, dan Veenan. Mereka terkejut saat melihat keponakannya sudah tidak bernyawa.

Terlebih Veenan yang melihat sudah ada Rosey di sana. "Rosey, apa yang kamu lakukan di sini?" Menghampiri, dan berusaha menenangkan istrinya itu.

Tubuh Rosey bergetar tidak karuan. Dia hampir pingsan jika Veenan tak menangkapnya. "Kita ke mobil dulu, jangan paksakan dirimu."

Kepala Rosey menggeleng, dia lalu mendongak menatap Veenan, serta beralih ke arah lain menatap James dan Jordan.

Sonia Inces, dan itu salah satu dari saudaranya.

Siapa? Siapa yang dimaksud mantan suami Sonia tadi? Mungkinkan yang dimaksud adalah Veenan, yang kini merengkuhnya ataukah James yang saat ini sedang meratap atau Jordan yang nampak sedih? Siapa, siapakah ayah Jasmine? 

Baru saja bibir itu hendak bersuara, teriakan seseorang membuat dua atma itu menoleh. Bukan lain adalah Sonia yang dikawal polisi, wanita itu berlarian sampai terjatuh tidak jauh dari posisi mayat Jasmin saat ini.

"JASMIN! JASMIN." Teriak Sonia. Dia memeluk putrinya, mengecupi anak malang itu.

"Apa yang terjadi padamu? Siapa— siapa yang melakukan ini. Putriku yang malang." Histeris Sonia, wanita itu sampai memerah wajahnya. "A— anakku, anak mama yang malang. Mama di sini, Jasmin, mama di sini."

Polisi berusaha menenangkan Sonia. "Putri anda terpeleset nyonya Sonia. Ini kecelakaan."

Kepala Sonia terasa berat, dia lantas mendongak menatap polisi, tawanya mengudara sekon berikutnya dikala netranya bergulir memandang para saudaranya. 

"Leuke. Keluarga sialan ini..." lirihnya.

Rosey mengamati arah pandangan Sonia bak ingin menguliti saudara saudaranya. Wanita itu menunjukan gurat kemarahan luar biasa, hingga Rosey merinding dibuatnya. Apalagi saat manik mereka bersitatap. Sonia berangsur bangun, berjalan terseok ke arah Rosey. 

"Aku memintamu menjaga putriku, kenapa kamu tidak menjaga Jasmin dengan baik!" Teriak Sonia mutlak meluapkan kemarahannya di depan semua orang.

Tubuh Rosey membeku, dia geleng kepala diiringi bulir air mata yang turun dari pelupuknya. Sementara Veenan langsung mendorong Sonia yang mencengkeram lengan istrinya itu.

"Lepaskan tanganmu dari istriku, ini bukan salah Rosey." Tegasnya tidak terima istrinya disalahkan.

"KALIAN!" Telunjuk Sonia terangkat, terarah satu persatu menunjuk para saudaranya. "Terkutuklah kalian, aku tidak akan pernah melupakan semua yang terjadi padaku dan kalian tidak boleh bahagia di atas penderitaanku ini."

Leysa mencebik, "Huh, kenapa kamu merasa seakan-akan korban? Kamu penjahat, Sonia. Kamu mencoreng nama baik Leuke dengan tingkahmu itu. Kasihan sekali anakmu harus menanggung karma."

Seketika Jordan menimpali, "Ley, ini bukan waktu yang tepat membahas itu. Jaga ucapanmu."

Tangisan Sonia mendadak kembali mengudara, tubuh ringkih itu terjatuh ke tanah, kedua tangannya menangkup wajahnya. Rasanya begitu menyakitkan di dalam sana saat realita menamparnya. 

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang