Di sebuah gang sempit lingkungan pinggir kota, seorang lelaki tengah berjalan sendian. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku jaket. Dia melangkah dengan tenang. Saat dia hampir melewati tikungan, lelaki itu berhenti. Dia mendongak ke atas, ke arah yang cukup jauh tetapi benda besar berupa layar baliho masih bisa dia lihat.
Sebuah baliho dengan foto seorang lelaki yang menjadi maskot sebuah rumah sakit.
Leuke Hospital, terdepan dan terpercaya.
Lelaki itu menaikkan topinya serta menurunkan maskernya. Menatap lamat pada sosok pria berjas dokter dengan paras persis sepertinya. Dia menghela nafas cukup lama.
"Seperti apa rasanya, hidup dengan semua pencapaian itu?" Kata Veeno lirih. Dia berkaca-kaca.
Tangannya terangkat ke atas, tanpa sadar teringat akan apa yang telah dia lakukan pada kak Narendra yang telah merawatnya selama ini.
Kamu tidak seharusnya mengambil jalan ini, Veeno. Aku tidak pernah berniat memanfaatkanmu. Kamu saudara kami— kamu bagian dari Leuke Salim.
Kalimat itu terngiang dikepalanya, kala kakaknya mendapat tikaman terakhir darinya.
Tubuhnya mendadak memanas dan Veeno terjatuh ke tanah. Dia tidak lama meremat kepalanya sembari terisak menyakitkan. Ada ketakutan dalam diri Veeno—ketakutan yang tidak mampu dia jabarkan. Rasanya hatinya begitu teriris-iris. Langkah pun terasa amat berat.
Impresinya tertarik pada momen di mana dia sering diam-diam melihat Veenan tersenyum dan disapa oleh banyak orang yang seakan- akan menyukai presensinya.
"Aku membencimu, Veenan." Ucap Veeno tersedu-sedu.
.
.
.
Veenan, Rosey sudah sadar.
Lelaki dengan masih mengenakan baju operasi lantaran tadi baru saja menangani pasien, dengan langkah tergesa-gesa berlarian menuju ke bangsal tempat istrinya berada. Dia menggeser pintu ruangan itu. Sudah ada mertuanya di sana serta James, Sonia, dan Jordan.
Di atas ranjang rumah sakit, Roseyta duduk. Dia menatap kosong lurus ke depan. Bibirnya pucat pasi, serta dia tidak berbicara apapun.
Sonia yang memperhatikan Veenan masih diam membeku dan berkirim tatapan dengan istrinya, kemudian mendekat pada Rosey. Dia menepuk pundak wanita itu. "Apa yang kamu rasakan, saat ini?"
Rosey mengedipkan mata, menoleh pada Sonia tanpa bersuara. "Tidak ada."
Mengela nafas, Sonia bertanya lagi. "Apa dirimu ingat siapa namamu?"
Kepala Rosey menggeleng, "Aku tak tahu." Dia mendongak. "Memangnya siapa namaku?"
Menoleh ke saudarnya, Sonia dapat melihat raut kesedihan Veenan yang tercetak dalam paras sayu itu. "Tidak ada satupun yang kamu ingat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days
Teen FictionAnne Roseyta Pramudya, terpaksa menikah dengan Veenan Leuke Salim-seorang lelaki yang cintanya telah dimiliki oleh wanita lain yang adalah kakak Anne sendiri.