Veenan membuka dengan kasar berkas di tangannya. Dia membaca segala hasil penelitian Narendra dengan seksama. Sesekali pria itu melihat ke layar laptop yang sedang menayangkan video rekam sebuah percobaan yang pernah dilakukan Narendra dan timnya pada seekor kelinci.
Bibir Veenan bergetar, dia merasa darahnya berdesir. Bagaimana bisa dia melakukan prosedur yang belum pernah dilakukan kepada manusia- terhadap istrinya. Veenan menangis, menyugar rambutnya kasar. Sudah satu minggu dia mendalami hasil penelitian tersebut, termasuk dia yang melakukan percobaan pada kelinci sama seperti video miliknya Narendra.
"Veenan," James masuk ke ruangan lab saudaranya. Dia melihat banyak sekali kelinci percobaan saudaranya itu di atas meja operasi dan berkas berkas yang berserakan di meja.
Pria itu mendekat pada Veenan dan memegang pundaknya. "Jika kamu tidak yakin, jangan memaksakan diri Vee. Mungkin memang saatnya kita merelakan-
"TIDAK." Teriak Veenan. Kondisinya yang acak-acakan tidak membuat lelaki itu menyerah.
"Tolong jangan cabut alat bantu medisnya. Tolong beri aku waktu sebentar lagi. Aku akan berhasil dalam operasi ini. Aku tidak bisa membiarkan Rosey mati. Bahkan aku belum sempat meminta maaf padanya. Aku ingin bersama Rosey, memperbaiki segalanya. Aku tidak mau membiarkan Rosey pergi tanpa melakukan usaha apapun."
James terdiam, dia menatap pada paper hasil penelitian Narendra dan timnya. "Tim penelitian Naren sudah datang dan mereka ingin menemui kamu Vee." Itulah tujuannya James mendatangai lab pribadi Veenan di Leuke Hospital.
Menahan nafasnya, Veenan angguk kepala. Dia merapikan jasnya, ambil langkah keluar dari lab. Sementara itu James masih terdiam di ruangan tersebut. James mengangkat paper dari atas meja.
Irisnya bergulir membaca judul dari paper itu. "Benar, kamu harus tetap hidup Rosey. Kamu harus hidup agar aku punya kesempatan untuk beri tahu kamu, bahwa aku menaruh hati padamu." Lirih James meletakkan lagi paper tersebut.
Di ruang pertemuan, Veenan datang menyambut para tim Narendra dari eropa yang ikut dalam penelitian itu.
Para rekan Narendra menyampaikan bela sungkawa atas kematian Naren dan kondisi yang meninpa istrinya Veenan.
"Hello, mr Veenan. I'm Gray, one of your brother's partner. Your brother told us about you and we are never expect this research will be carry out by your hand."
Veenan berusaha menarik senyum, "Good afternoon Mr Gray. A lot of thanks for my brother and his great team who discover this research. I rely on this for my wife's life."
Mereka semua akhirnya berbincang mengenai operasi yang akan para dokter itu lakukan tiga hari lagi dan Veenan yang akan menjadi dokter utama dalam operasi ini. Lantaran Veenan sebenarnya adalah sosok yang diinginkan Narendra menjadi orang yang mengimplementasikan penelitian tersebut sesuai dengan kemahiran Veenan sebagai dokter bedah syaraf terbaik selain Naren.
Di sisi lain, di depan ruang rawat Rosey yang masih koma, seseorang menggeser pintu ruangan kemudian melangkah masuk. Dia menatap ke arah Roseyta yang terbaring dalam kondisi memprihatinkan dan masih bertahan karena sokongan alat alat medis.
Dia mendekat, memperhatikan seisi ruangan VIP itu. Tentu saja istri dari direktur utama mendapat bangsal terbaik yang jika dinominalkan maka permalam bisa mencapai puluhan juta. Pada sekon selanjutnya, lelaki itu mendongak menatap ke arah cctv di sudut ruangan. "Apakah dia memasang CCTV di sana? Setahuku tidak ada bangsal yang punya CCTV."
"Jordan, apa yang kamu lakukan di sini?" Leysa masuk ke dalam ruang rawat iparnya.
Pria yang mengenakan jas dokter itu alias Jordan menggeleng. "Tak ada. Aku hanya ingin menjenguknya. Apa yang kamu bawa?" Jordan memicing pada kotak yang dibawa Leysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days
Teen FictionAnne Roseyta Pramudya, terpaksa menikah dengan Veenan Leuke Salim-seorang lelaki yang cintanya telah dimiliki oleh wanita lain yang adalah kakak Anne sendiri.