Happy reading, semoga suka.
EBook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.
Khusus Dewasa 21+
Luv,
Carmen________________________________________
Selama kurang lebih dua minggu, rutinitas seperti inilah yang kujalani – di pagi hari, Jamilah akan membangunkanku dan membantuku mandi serta bersiap-siap, memastikan sarapanku diantarkan tepat waktu dan aku memakannya hingga habis, lalu wanita yang sama akan datang menjemput dan mengantarku ke ruang belajar di mana aku biasanya menghabiskan sebagian besar waktuku di sana bersama Putri Aisha yang kemajuannya sekarang melampaui harapanku padanya.
Menjelang sore, aku akan diantar kembali ke kediamanku di mana terkadang aku tidur sebentar untuk melepaskan penat, lalu mandi menyegarkan diri seterusnya menikmati makan malamku. Jamilah biasanya akan meninggalkanku setelahnya, memberikan aku ruang pribadi untuk menikmati waktu luang, entah itu menonton TV, membaca buku, ataupun menjelajah internet, terkadang aku menelepon ibuku untuk sekadar berbincang-bincang dengannya sebelum membuat jadwal rencana belajar dan kegiatanku besok harinya bersama Putri Aisha.
Seiring hari yang berlalu, aku merasakan keinginan untuk bertemu dengan Sang Sultan dan keinginan itu terus tumbuh dari hari ke hari. Aku terus memberitahu diriku sendiri bahwa aku hanya ingin melaporkan perkembangan Putri Aisha secara langsung pada pria itu tapi aku tahu jauh di dalam hatiku bahwa itu tidaklah benar.
Entah sejak kapan, mungkin dari awal pertemuan pertama yang mendebarkan, menyebalkan tapi juga mengesankan yang sudah membuatku pelan tertarik pada pesona kasarnya. Aura dominan yang dimiliki pria itu terlalu kuat untuk bisa aku tolak. Aku merasakan ketertarikan dan kebutuhan untuk melihatnya lagi. Dan yang paling parah, hal yang membuatku terkejut sekaligus malu pada diriku sendiri, tubuh dan alam bawah sadarku mulai tak bisa dikendalikan. Beberapa malam ini aku bahkan bermimpi erotis tentang pria itu, hal yang pertama kali terjadi padaku. Dan untuk pertama kalinya juga aku mulai berpikir dan berkhayal bagaimana rasanya dimiliki dan dikuasai oleh seseorang yang begitu berkuasa dan memiliki kepribadian yang begitu kuat.
Damn, Savannah!
Ya, benar-benar sial! Tapi tidak saja tubuhku, tidak saja alam bawah sadarku, pikiranku juga mulai sulit untuk dikendalikan.
Saat berbaring di ranjangku, setelah dua minggu memendam kerinduan terlarang pada pria itu, bayangan akan pria itu kembali menghantuiku. Aku bisa mengingat dengan jelas suaranya, panas napasnya, juga sentuhan jari-jari panjangnya dan bagaimana rasanya ketika pria itu mencoba merayuku. Aku membayangkan bagaimana rasa jemarinya di payudaraku, meremas keduanya pelan, membelai, menggulirkan pucuk-pucuk merah mudaku di antara jari-jarinya sampai keduanya menegang keras. Tanpa sadar, ketika benakku berkhayal, tanganku bergerak sendiri mengikuti khayalanku. Aku menyentuh kedua putingku yang menegang lalu meremas payudaraku pelan.
Gambaran pria itu hadir di dalam benakku, aku menutup mata dan mengusap perutku dan turun menelusup ke balik celana dalamku. Rasanya lembut dan licin, halus dan panas, gairah membakar bagian tubuh telanjangku itu dan menjadikannya lebih sensifit.
Aku mendesah, nyaris tanpa suara. Ujung jemariku dengan ringan membelai titik nikmatku dan aku melebarkan kedua pahaku di bawah selimut. Kubiarkan telunjukku dengan pelan menggoda lalu menelusup masuk ke dalam lembah perawanku dan aku menguburkan jari itu di sana, merasakan kehangatan dan kelembapannya, untuk pertama kalinya.Lalu aku menarik jariku keluar dan secara instingtif membawanya ke bibirku. Aku penasaran bagaimana rasanya gairahku sendiri di ujung lidahku. Aku terus merangsang diriku, menyentuh tonjolan nikmatku, menggoda dan menelusup kembali ke dalam, bergerak pelan sementara napasku semakin berat dan cepat. Insting dan kebutuhan menguasaiku, satu jariku bermain di tonjolanku, yang lain bergerak keluar masuk tubuhku dan sesuatu terjadi… Aku berteriak kecil ketika tubuhku rasanya meledak, aku menggelepar pelan dan orgasme menyiramku.
“Aah!”
Setelah tenang dan berhasil mengatur napasku, aku lalu bangun dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat kembali ke ranjang dan membaringkan diri di sana, aku pelan-pelan tertidur dengan bayangan Sang Sultan menghantui benakku. Aku berandai seandainya dia benar-benar ada di sini, di sampingku, memelukku setelah percintaan panas kami. Senyum terlukis di bibirku saat aku jatuh tertidur. Seumur hidup, aku belum pernah menginginkan seorang pria seperti aku menginginkan Sang Sultan tapi aku tahu kami sangat berbeda, jadi aku harus berusaha mengontrol ketertarikan ini. Berfantasi tidak salah dan berbahaya, tapi hanya boleh sebatas itu.