Oke, ini namanya cari perkara. Bang Bian belum kelar, udah selingkuh sama yang lain. Hehehe sorry, guys. Ini tuh di luar rencana. Biasalah, nggak tahan banget kalau ada ide baru gini. Nggak apa-apa ya, sekalian TES OMBAK. Kalau banyak yang vote, aku lanjut. Kalau dikit, rilis PDF aja deh.
Gitu ada. Happy reading ♡
*
1. Dari Segi Apa?
"Tante itu, ya, Mbak Lola, dulu habis putus hubungan, ya sudah nggak ada kontak lagi. Apalagi Tante fokus sekolah perawat. Jadi nggak ada waktu buat meratapi patah hati. Lagi pula, buat apa mikirin masa lalu? Betul tidak, Mbak Lola?"
"Mami udah cerita tentang itu puluhan kali, tahu."
"Mami ceritanya sama Mbak Lola, loh, bukan Adek. Mbak Lola keberatan?"
"Bilang keberatan, Kak."
Aku tertawa kecil saat mendengar bisikan dari Mitha—remaja dengan tubuh berisi yang duduk di samping kananku. Sementara Tante Eni mencebikkan bibir karena pasti dengan jelas melihat dan mendengar anaknya berbisik.
"Enggak, kok, Tante. Lola sama sekali nggak keberatan." Lalu kutaruh telapak tangan di dekat mulut. "Lola suka banget malahan kalau dengar tentang kisah perjalanan cinta orang-orang. Kan lumayan buat inspirasi, Tante."
"Nah, dengar, Adek. Cerita Mami bisa jadi inspirasi Mbak Lola." Tante Eni tersenyum bangga, sementara Mitha memajukan bibir.
"Terserah Mami aja, deh."
Tante Eni terkikik, kemudian kembali melanjutkan kisah perjalanan cintanya bersama mantan pacar saat SMA. Om Haris, mantan yang kini jadi papi dari anak-anaknya Tante Eni.
Kata Tante Eni, Om Haris adalah seniornya saat SMA. Mereka berpacaran saat Om Haris di kelas tiga. Namun setelah kelulusan, tiba-tiba Om Haris memutuskan hubungan tanpa alasan yang jelas. Setelah itu Om Haris tidak bisa dihubungi. Rumahnya pun sudah pindah. Sejak itu Tante Eni memutuskan untuk fokus sekolah dan melanjutkan pendidikan di jurusan keperawatan.
Bertahun-tahun kemudian, Tante Eni berhasil menjadi perawat yang ditempatkan di sebuah rumah sakit swasta. Yang tak disangka adalah Tante Eni kembali bertemu dengan mantan pacarnya yaitu Om Haris. Di rumah sakit itu, Om Haris ternyata merupakan salah satu dokter anak—departemen yang sama dengan tempat Tante Eni bekerja. Dari situlah mereka kembali dekat.
"Tante sadar kok, Om mau pedekate lagi. Tapi Tante jual mahal, dong. Nggak semudah itu, kan?"
Aku tertawa. "Tapi Om Haris ngejar Tante?"
Sembari memakan keripik, Tante Eni mengangguk. "Hampir satu tahun Tante cuekin Om."
"Keren!" Aku mengacungkan dua jempol dan Tante Eni tersenyum bangga.
"Kasihan Papi." Mitha menyeletuk.
"Kasihan Mami, dong, Dek. Mami diputusin tanpa alasan. Adek mah belum pengalaman patah hati. Pacar aja nggak punya."
"Emang Adek boleh pacaran sekarang, Mi?" Sepasang mata Mitha langsung berbinar.
"Nggak boleh, enak aja!" Tante Eni mengacungkan jari telunjuk. "Kamu boleh punya pacar kalau udah lulus SMA. Itu pun dengan syarat dan ketentuan berlaku dari Papi sama Abang."
"Tuh kan, Kak Lola." Mitha memeluk lenganku sembari cemberut. "Suka gitu Mami tuh. Hobinya ngeledek aku, tapi giliran aku mau pacaran, nggak boleh."
"Loh, kan Mami ikut peraturan Papi sama Abang. Daripada dimarahin, hayo?"
"Ya jangan sampai ketahuan Papi sama Abang, Mi." Mitha setengah berbisik, "Diem-diem aja."
"Apanya yang diem-diem?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Goodbye (TAMAT)
Ficción GeneralNever Goodbye Di umur 24 tahun ini, kehidupan Lola Lolita sudah cukup sibuk. Mulai dari jadi komikus, drakoran, hingga fangirling. Itu sudah sempurna untuk jomlo sepertinya. Namun sejak tinggal di rumah Eyang, kesibukan Lola bertambah satu lagi. Mau...