Bab 2 meluncur. Vote dan komen yang banyak yes.
*
2. Mau Kamu
Setelah Akung meninggal, Eyang Putri tinggal sendirian. Mama dan Tante Sani—dua putri Eyang—sudah berkali-kali meminta Eyang agar ikut bersama salah satu dari mereka. Eyang tinggal memilih di mana yang nyaman. Namun Eyang tidak bersedia. Beliau masih merasa berat hati jika rumah penuh kenangan bersama Akung harus dibiarkan kosong.
Keluarga kami jadi khawatir jika membiarkan Eyang sendirian. Ingin disewakan seorang asisten rumah tangga, Eyang juga tidak mau. Aneh jika harus serumah dengan orang asing, kata beliau. Sedangkan Mama dan Tante Sani tidak bisa setiap hari datang karena tempat tinggal kami cukup jauh jaraknya. Karena itulah aku mengajukan diri untuk menemani Eyang.
Tentu saja aku sudah mempertimbangkannya matang-matang. Tempat kerja kedua kakakku sangat jauh dari rumah Eyang. Anak-anak Tante Sani masih bersekolah dan kuliah. Hanya aku yang bisa bekerja tanpa terikat tempat dan waktu. Jadi akhirnya mereka menyetujui usulanku.
Sebulan lalu, aku pindah ke rumah Eyang. Bukan hanya Eyang, tapi juga tetangga sebelah rumah yang menyambutku dengan senyuman lebar dan bersahabat. Karena seringnya Eyang yang datang menjenguk cucunya daripada kami datang ke rumah beliau, jadi aku belum kenal tetangga itu.
Dan ya, karena itulah aku cukup terkejut. Bukan karena keramahtamahan dan sikap hangat mereka, tapi pada satu anggota keluarga mereka yang juga muncul hari itu. Bang Kefan, seseorang yang sudah empat tahun tak pernah kulihat presensinya di sekitarku.
Gerakan tanganku di layar tab terhenti saat lagu yang terputar di ponsel sampai pada lirik itu. White Night, salah satu lagu favorit yang dinyanyikan NCT, boy grup idolaku. Aku menyukai lagu itu karena melodinya sangat nyaman di telinga. Meski awalnya tak tahu arti liriknya yang berbahasa Korea, tapi aku sudah naksir. Kemudian ketika mencari tahu maknanya, aku makin suka. Lagu ini menjadi salah satu playlist yang menemaniku bekerja setiap harinya. Juga pernah mengiringi masa-masa galau empat tahun lalu.
Ajikdo nan ireohge jinae
Aljanha jogeum ihaehaejwo nal
Oneuldo nan yeogiseo
Tto jam mot deun chae neoreul ijeogaHonjamanui gin annyeong
(Better eatin’ nice sleepin’
don’t know what it is)
Jam mot deuneun oneuldo
All night long
Cham gireojyeo beorin
Ibyeore useupge boil najiman
Insareul geonne annyeongLagi-lagi aku tertampar pada liriknya. Yang mengingatkanku tentang beratnya melupakan seseorang yang istimewa di hati. Ketika malam sulit tertidur. Ketika merasakan betapa lucunya perpisahan, lalu mengucapkan 'halo' saat bertemu lagi.
Tentu saja yang kubahas di sini berhubungan dengan Bang Kefan. Seseorang dari masa lalu yang tiba-tiba muncul lagi di hadapanku dan parahnya kini kami bertetangga. Mantan pacar, sebutannya. Seseorang yang kubilang tidak ada apa-apanya dibanding Chef Tikta apalagi Moon Taeil. Bagaimana reaksi Tante Eni dan Mitha jika mereka tahu bahwa seseorang yang kubicarakan saat itu adalah anggota keluarga mereka sendiri?
"La."
Suara itu mengagetkanku yang tengah termenung. Melihat stylus pen terlepas dari genggaman, aku mengembuskan napas kuat-kuat sebelum memandang ke arah luar jendela kamarku yang dilindungi teralis. Di jendela kamar seberang, tampak seseorang yang baru kupikirkan sedang berdiri di sana tengah menatap ke arahku.
"Belum tidur?" tanyanya sembari duduk di kusen jendela. Di tangan kanannya terdapat sebuah cangkir yang kutebak berisi kopi.
"Retoris, Bang." Aku memutar bola mata, kemudian meraih mug berisu susu cokelat hangat yang tadi sempat kubuat di sela bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Goodbye (TAMAT)
General FictionNever Goodbye Di umur 24 tahun ini, kehidupan Lola Lolita sudah cukup sibuk. Mulai dari jadi komikus, drakoran, hingga fangirling. Itu sudah sempurna untuk jomlo sepertinya. Namun sejak tinggal di rumah Eyang, kesibukan Lola bertambah satu lagi. Mau...