Milik Ku

2.8K 165 2
                                    

"Lah Chik? Loe ko naik bis sih? Tumben?" Aku tersentak mendengar suara itu dari samping kananku. Aku menoleh dan tersenyum tipis ketika pelaku tak lain tak bukan adalah . Kebetulan kami sekelas beberapa mata kuliah yang sama.

"Eh iya nih. Pacar gue ngga bisa jemput. Hehehe." Ujarku sekenanya setelah mengantongi ponselku. Ya emang kenyataannya kekasihku itu tidak bisa menjemput karena ada urusan di kampusnya. Kami beda kampus huhuuuu.

"Lah enak ada ngejemput, sama pacar pula." Ujarnya dengan nada menggoda. Suaranya lumayan keras. Untung saja di halte ini hanya ada kami berdua. Jadi tidak perlu takut merasa malu

"Hahahaa... ya itu salah satunya sih." Balasku lagi. Dia sibuk memandangi kendaraan yang lewat.

Kadang kaya mikir pengen.
punya pacar sih kaya orang-orang, tapi males banget kalo udah ada masalah." Dengusnya. Aku terkekeh mengiyakan mengingat bagaimana perjuangan dengan kekasihku dulu juga tidak mudah. Banyak sekali masalah yang harus kami hadapi hingga sampai sekarang ini.

"Oh iya rumah loe dimana Chik?" Tanyanya. Muthe merapikan rambutnya yang terkena angin. Hari ini memang cuaca cukup terik dan angin yang berhembus lumayan kencang. Untung saja jam pulangku cukup sore. Tidak perlu repot repot kepanasan.

"Oh kalo rumah sih gue di Jogja. Kalo disini gue tinggal di apartemen. Punya kakak gue sih. Dia kan udah lulus. Jadi gue pake aja." Muthe tertawa renyah

"Hahaha salah pertanyaan
gue.... eh.. eh eh... gilaaaa!"

Pekik Muthe tiba-tiba. Aku yang
terkejut juga ikut panik.

"Eh kenapa Muth!!?" Muthe menepuk-nepuk pahaku heboh dengan mulut menganga lebar. Pukulannya tidak main-main karena pahaku sampai terasa panas. Tangannya yang satu menunjuk ke arah jalan raya yang sontak membuatku ikut melihat ke arah yang dia tuju. Meskipun banyak kendaraan yang hilir mudik namun aku tau jelas apa yang dia maksud.

DEG

Lah? Christy?

"Gila gila gilaaaa.......!" Pekik Muthe lagi. Aku tidak terlalu mengindahkan pekikannya karena mataku masih terfokus dengan Christy. Gadis itu sedang duduk diatas motor dan dibonceng oleh temannya dengan motor matic. Mereka membawa banyak kantung kresek yang diletakkan di depan yang tak kutahu isinya namun dalam jumlah yang banyak. Christy bahkan terlihat sangat kuwalahan dengan barang di tangannya. Tanpa sadar bibirku menyunggingkan senyum tipis ketika 2 gadis yang lewat tadi perlahan mulai menjauh

"Itu beneran Christy ngga sih? Gilaaaa!" Pekik Muthe lagi dan kali ini membuatku menoleh padanya.

Muthe kenal sama Christy?

Kenapa sih Muth?" Tanyaku penasaran.

"Loe liat 2 cewek tadi ngga sih?" Tanyanya heboh. Matanya terlihat sangat berbinar. Membuatku semakin penasaran.

"Liat kok. Kenapa dah?"
Balasku. Senyum Muthd
mengembang.

"Yang dibonceng tadi namanya Christy. Dia itu dulu satu SMA sama gue dan kebetulan kita sekelas." Ujarnya dengan nada penuh semangat. Aku mengerutkan kening bingung

"Ya trus?" Tanyaku balik. Aku masih belum mendapatkan jawaban yang ku inginkan.

"Nah dulu gue pernah naksir berat sama dia. Ya ngga gue aja sih! Yang naksir dia bejibun pas sekolah dulu. Kalo ditembak cewe dia suka nolak. Alasannya dia mau fokus UN lah mau itulah sampe bosen gue dengernya. Loe liat kan tadi? Cakep banget sumpah! Mana ada coba cwk yang ngga suka sama dia? Christy baik banget lagi. Dih setelah 2 tahun kuliah disini kenapa gue baru tau kalo Christy juga kuliah di kota. ini sih!" Rutuk Muthe sambil mendesah panjang.

"Lah kenapa sampe ngga tau sih? Kan kalian sekelas?" Ujarku menimpali. Muthe lagi-lagi mendesah.

"Christy itu cuek banget sama sekitar. Temen sekelas yang tau nomornya dia aja cuman si Azizi, teman sebangkunya. Dia juga ngga masuk grup kelas. Dia tertutup banget sih anaknya. Makanya setelah lulus ya kita lost kontak gitu." Ujar Muthe dengan bibir manyun. Aku mengangguk karena mulai paham. Mendadak aku merasa lega setengah mati.

Oneshoot Ch2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang