12. Bantuan Mengobat

9 0 0
                                    

Bulan buka kedua mata pusing, ia coba tenangkan diri ketika pertama kali lihat ada di dalam uks.

Bulan ubah posisi duduk, lah lah ini kenapa ia bisa berada di uks? Jika diingat-ingat, terakhir ia mengepel toilet dan... Oh Bulan lupa terjadi apa.

"Eoni, sakit ya?"

Bulan membelalak mata lebar, Noga ada di sini? Kok bisa? Sakit apa maksudnya? Benar-benar aneh, ayolah ia baru saja bangun. Masa iya tertidur karena bersihkan toilet?

Bulan meringis ketika ingin berdiri tangannya terasa perih, kala lihat kondisi tangan, sungguh-sungguh ingin teriak berkata kasar.

"SIAPA YANG LAKUIN INI HA?!" Bulan menepis darah lengannya, darah ini segar pasti baru terjadi.

Noga tarik nafas panjang berjongkok hadapan Bulan, ia meraih lengan itu dan menghisap darah kental Bulan tanpa rasa jijik.

"Tadi ada cewe entah siapa namanya, kayaknya dia buat lo pingsan. Gue gak sengaja lihat dia lukain lo, terus katanya Ha... Haka? Kalau gak salah dia sebut nama Haka akan jadi pacarnya." jelas Noga berkata sejujurnya. Jangan kira Noga tahu permasalahannya, ia juga kaget kebingungan.

Bulan tersenyum geli, urusan perkelahian gampang ia urus. Namun sikap Noga telah bantunya itu yang Bulan senyumi.

"Gak ada orang lagi nih uks, tunggu bentar gue obatin. Kejadian baru aja terjadi, cepet banget lo sadar." Noga berjalan ambil kotak p3k, entah kenapa hatinya ingin sekali bantu Bulan agar baik-baik saja.

Bulan sandarkan kepala jadi berbaring, lihatlah ia sama sekali tidak rasakan perih padahal darah mengalir. Bulan santai baring pandangi kekhawatiran Noga saat ini.

Noga sibuk pada perlatan p3k, tanpa sadar bahwa Bulan tiada henti memandangnya. "Gue tebak, tu cewe cemburu lo pacarin cowo yang namanya Haka."

"Cinta emang buat orang buta." kekeh Noga meraih lengan Bulan untuk ia obati dan beri plaster.

Mudahlah, nanti Bulan gali tentang gadis sialan buatnya jadi pingsan. Sekarang pikiran Bulan sama sekali tak fokus tentang gadis itu, ia tertuju pada Noga.

Ini kali pertama luka Bulan diobati. Jangankan orang lain, bahkan ia sendiri jarang obati luka sehabis kelahi.

"Tapi cewe kayak lo emang pantas dapat gini, azab mainin hati cowo." Noga geram menekan luka hendak ia obati.

Bulan mendatarkan wajah, perkataan Noga emang suka benar.

"Gak sakit? Diam doang lo?" Noga heran, sudah ia tekan luka itu ternyata sang empu tetap kebal.

Noga beralih pada wajah Bulan, ia tempelkan plaster di wajah bagian keluar darah. Meski luka-luka, tetap saja wajah Bulan masih terlihat cantik, luka bukan penghalang pesona memukau akan paras indah milik Bulan.

Sebut saja Bulan sekilas tak waras, jantung tidak stabil ia menarik tubuh Noga jatuh dalam pelukan, hangat, nyaman, wangi. Noga memakai seragam olahraga, kelihatan pria ini ada jam olahraga, tapi tetap saja harum.

Noga terpaku sulit bergerak, tanpa berkedip memeluk balik tubuh Bulan. Ia seolah mengatakan enggan lepas dari pelukan ini.

Bulan tambah lama memeluk Noga, bukannya mendorong justru Noga mempererat. Biarkan waktu Bulan terkuras hanya dapat rasakan kenyamanan dalam pelukan Noga.

Dari dekat pintu ada seorang gadis tak asing, yakni Lezia. Ia menahan tawa, niatnya kemari ingin pura-pura sakit agar tak ikut pelajaran bahasa, datang uks justru pergoki bos.

Lezia sengaja lama-lama diam, biarlah bosnya pelukan, jika ia ganggu bisa saja dapat omelan Bulan. Sudah Lezia curigai Bulan ada apa-apa dengan Noga.

"Le, itu beneran bos?"

BULANOGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang