Chapter 5

133 29 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seoul pada malam hari, apalagi di hari menjelang akhir pekan seperti jumat ini, memang selalu ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seoul pada malam hari, apalagi di hari menjelang akhir pekan seperti jumat ini, memang selalu ramai. Kiara sebenarnya sudah lelah sekali bekerja seharian karena pelanggan beberapa kali lipat lebih banyak dari hari biasa. 

Tapi, apa mau dikata, malam ini dia masih rutin menjalankan pekerjaan sampingannya kendati beberapa pelanggan kafe mulai membicarakannya.

Ya. Gosip mulai beredar bahwa Kiara adalah seorang kupu-kupu malam. Berawal dari mulut pelanggan laki-laki yang merupakan mantan pekerja hotel yang pernah melihat Kiara dengan pria berbeda-beda di hotel tempatnya bekerja dulu. Seakan dihembus angin, kabar itu menjangkit selayaknya virus.

Tatapan mulai aneh tertuju pada Kiara. bisik-bisik tentangnya mulai mengganggu walau Kiara acuh saja. Hatinya sudah keras. Kalau omongan orang rasanya sudah seperti makanan sehari-harinya sejak dulu.

Kiara selesai mengganti pakaiannya. Dia melihat keadaan sekitar yang sudah agak sunyi. Kiara menghela lega karena tidak melihat sosok itu yang biasanya datang dan mengganggunya. Sudah hampir selama sebulan ini, si berengsek berotak batu, berkribadian menyebalkan bagi Kiara itu terus saja mengusiknya.

Bahkan kerap ke kafe Oliver hanya untuk mencuri kesempatan bicara walau Kiara sudah menganggapnya hantu. Kalau Jungkook bicara, Kiara mendadak tuli. Cukup tahan dia selama dua puluh sembilan hari. Besok sudah masuk hari ke tiga puluh. Tak masalah. Kiara bisa bertahan bahkan jika harus bersikap begitu selamanya.

Jungkook hampir menyerah, namun bukan Jungkook namanya kalau dia kalah. Demi apapun, dia tidak suka kalah bahkan dalam urusan begini. Jungkook berjuang membuat Kiara kembali padanya. Seolah diamnya Kiara justru dijadikannya ajang menantang diri sendiri. Aneh. 

“Kemana cowok tampan itu? Kok tidak datang seperti biasa?” tanya Naeun saat dia selesai ganti pakaian.  Bersiap untuk pulang bersama Kiara ke halte depan. Dia memperbaiki ikatan rambutnya.

“Cowok tampan yang mana?” tanya Kiara. jemarinya mengetik pesan untuk Madam Kim. Klien baru malam ini.

“Yang tampan itu,” kata Naeun lagi.

“Jimin maksudmu?”

Naeun berdecak namun dia tersenyum. Dibalas kekehan Kiara saat Jimin yang ada di meja kasir menoleh. Pria itu pura-pura tak dengar.

Precious Desire [sequel Burning Desire] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang