Chapter 9

118 22 1
                                    

"Wow lihat siapa yang datang kemari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Wow lihat siapa yang datang kemari. Kejutan yang spesial." Yongpal tersenyum puas melihat kedatangan Jungkook. Pria lewat paruh baya itu tertawa pelan. "Apa Madammu itu mencampakkanmu?" tanyanya.

"Aku mau langsung saja," ujar Jungkook dari tempatnya kini berdiri. Sejujurnya dia agak menyesal datang kemari. Tempat Yongpal adalah tempat yang berbahaya. Ketua Black shark ini bisa saja tidak akan membiarkannya keluar tanpa membuat kesepakatan lebih dulu.

Tetapi dia tidak punya pilihan lain. Ini satu-satunya cara agar dia bisa menebus Kiara dari Madam Goo.

"Kalau begitu silakan duduk," suruh Yongpal. Lalu dia memberi isyarat kepada para anak buahnya untuk pergi meninggalkan mereka berdua di ruangan itu. Segera saja dua pria yang sedari tadi berada di belakang Jungkook  pergi sambil menutup pintu perlahan.

Jungkook kemudian mendekati kursi di depan meja kerja Yongpal. Mafia kelas kakap, pembunuh berdarah dingin. Gayanya nyentrik sekali seperti biasa dan Jungkook tidak bisa lepas memandangi jam tangan mahal pria itu.

"Aku ingin kau meminjamiku sejumlah uang," tuturnya langsung. 

Mendengar itu Yongpal otomatis tertawa. Tawa yang menggelegar ke penjuru ruangan. Tetapi Jungkook hanya menatap datar.

"Astaga, ini lucu sekali. Dulu kau sok jual mahal sewaktu aku menawarkanmu bergabung bersamaku di Black shark, sekarang lihatlah. Dunia begitu cepat berputar!"

Saat tawanya berhenti lantaran Jungkook tak menjawab leluconnya, tatapan pria itu berubah tajam. Dia menatap lurus ke manik kelam Jungkook yang selalu menarik dipandang itu, membuat Yongpal merasa bercermin melihat dirinya sendiri.

"Berapapun yang kau butuhkan, aku akan memberikannya kepadamu. Tapi penawaranku tetap sama seperti dulu. Aku tidak perlu mengulanginya, kan?"

Jungkook tampak berpikir. Tetapi tak lama. Dia memasang wajah seriusnya lagi. "Apapun itu aku bersedia," katanya.

Ucapannya membuat Yongpal otomatis tersenyum puas. Dia meraih gagang telepon dari atas meja untuk menghubungi seseorang.

"Panggilkan Jaehyun kemari, kita kedatangan anggota spesial yang baru."

Kemudian dia meletakkan kembali gagang telepon, lalu meraih sejumlah cek dari laci meja kerjanya.

"Ini hari yang sangat baik, benarkan?" tanyanya retoris kepada Jungkook yang masih diam saja.

"Sebutkan jumlahnya," titah Yongpal saat pena sudah ada di atas kertas---bersiap menuliskan jumlah nominal.

***

Jungkook : kau di rumah? aku sudah di lobi. jangan coba-coba kabur.

Kiara mencampakkan ponselnya saat dia masih sibuk mondar-mandir di ruangannya dalam keadaan gelisah luar biasa. Sambil memandang ke arah pintu depan apartemennya dengan cemas.

"Tidak mungkin dia... tidak mungkin dia bisa mendapatkan uang secepat itu."

Ini masih jam sembilan pagi. Kiara bahkan masih mengenakan piyamanya. Keadaannya kacau sekali. Dia jelas kalah, tak sampai dua belas jam, bagaimana bisa Jungkook sudah mendapatkan uangnya?

"Tidak!" dia menggelengkan kepala berulangkali.

Beberapa saat kemudian, bel apartemennya berbunyi. Setengah berlari Kiara menghampiri pintu tersebut dan mengintip melalui celah pintu. Ada Jungkook yang berdiri tepat di hadapannya sambil terus menekan bel. Pria itu mengenakan stelan jaket kulit dan celana jeans.

"Ya Tuhan!" pekik Kiara.

Lantas ia membukakan pintu itu setelah menarik napas. Jantungnya hampir lepas manakala dia lihat Jungkook merubah raut seriusnya dengan senyuman manis. Melangkah intens dan seduktif menujunya yang langsung memundurkan diri.

"Lama sekali. Berniat kabur ya?" Sarkas Jungkook.

Kiara menggigit bibir. Dia mundur selangkah lagi dan Jungkook maju sampai dia tidak punya pilihan lain selain bersikap berani.

Jadi, dia menaikkan dagu—bersikap gengsi seperti biasa.

"Apa maumu?"

"Kenapa masih tanya saat kau sudah pasti tau jawabannya."

"Aku tidak tahu."

"Kalau begitu aku beritahu," kata Jungkook. Dia menyeringai lebar. "Aku dapatkan uangmu dan kau akan terbebas dari Madam Goo untuk selama-lamanya."

"Darimana kau dapat uang sebanyak itu dalam waktu sebentar? Kau tidak merampok kan?"

"Tidak peduli darimana, yang penting aku mendapatkan uang untukmu."

Kiara terdiam. Dia mengigit bibir bawahnya gusar. "Jungkook, aku tidak serius saat..."

"Ssssst..." Jungkook menginterupsi. "Jangan katakan hal-hal seperti itu. Kau tahu, kau tidak boleh menarik apa yang sudah kau katakan padaku."

"Tapi aku khawatir... M-maksudku, aku takut kalau uang itu membuatku terlibat masalah yang lebih besar lagi!"

Jungkook meraih sesuatu dari kantung celananya. Menunjukkan cek senilai seratus juta won yang tampak resmi dan siap untuk diajukan pencairannya di bank. Kiara melihat tandatangan atas nama Yongpal di sana.

Yongpal, namanya seperti tidak asing di benak Kiara.

Tapi, melihat itu Kiara bertambah waspada lagi.

"Jungkook..."

Jungkook malah menggerakkan tangannya guna menyingsingkan rambut Kiara ke belakang telinga wanita itu.

"Jangan melarikan diri setelah semua yang sudah kita bahas sebelumnya."

Kiara tahu. Kiara tidak akan lupa apa yang harus dia lakukan setelah ini. Dia melihat dirinya sendiri. Kemudian menatap Jungkook yang tenang memandanginya. 

"A-aku belum mandi,"kata dia. "Aku harus mandi sebelum kita melakukannya."

Jungkook mengernyitkan dahinya. "Jangan bilang kau mengira aku melakukan ini agar bisa bercinta denganmu."

"Tapi sejak awal yang kau ingin adalah aku melayanimu setelah kau beri uangnya, kan? Ya aku tahu, memang begitu peraturannya."

"Kiara tapi sungguh aku ..."

Kiara memungkas ucapan Jungkook dengan menerjang maju dan menangkap bibir Jungkook dengan bibirnya. Ini semua hanyalah tentang aturan. Kiara terbiasa pada aturan itu. Ketika dia sudah dibayar maka dia harus memuaskan orang yang membayarnya.

Tetapi Jungkook melepaskan ciuman sepihak Kiara dan menatapnya. "Jangan," bisik Jungkook di depan bibir Kiara. "Aku tidak mau kau melayaniku. Aku ingin aku yang melayanimu."

Lalu setelahnya, Jungkook menangkup pipi Kiara kemudian menciumnya dengan begitu menggebu-gebu. Diangkatnya tubuh seringan kapas itu menuju sofa guna memulai keinginan terbesarnya untuk memuaskan Kiara karena dia juga ahli melakukan itu.

(Bagi yang udah pernah baca versi lamanya part ini sebenarnya hot luar biasa. Tapi aku sekarang takut dosa jadi aku kasih scene minim adegan begituan 😊)

Precious Desire [sequel Burning Desire] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang