“Akan sulit bagi mantan Narapidana sepertimu diterima bekerja,” Wooshik memegang botol soju dan menuangkannya ke gelas kecil Jungkook. Jungkook langsung menenggaknya hingga tak bersisa. “Aku juga sudah bicara ke beberapa temanku dan mereka juga tidak mau menanggung risiko, ujar Wooshik.
Jungkook masih belum merespon. Membiarkan suasana hening di antara mereka bertemankan ramai orang-orang di kedai minum soju pinggir jalan malam ini. Wooshik masih menanti Jungkook yang sepertinya masih berpikir sambil mengunyah cumi panggangnya. Sesekali pandangannya mengedar---meneliti orang-orang. Pun pada beberapa wanita yang kedapatan curi-curi pandang ke meja mereka berdua. Karena Wooshik dan Jungkook terlihat seperti aktor sebab visual mereka yang mencolok.
Ini memang tidak gampang. Ya, memulai segalanya dari nol lagi memang tidak gampang. Tetapi roda kehidupan terus berputar tanpa orang-orang sadari di luaran sana. Begitulah cara hidup bekerja: kau menyerah ;kau kalah.
Jungkook menghela. Jemarinya bertengger di sisi meja bundar itu. “Ini benar-benar menyebalkan,” gerutunya sebal. “Aku tidak tau akan begini jadinya. Madam Goo, mendadak membuangku padahal selama ini dia selalu menganggapku anak. Aish … aku benci sekali keadaan ini.”
“Kau bisa memulai semuanya dari awal lagi tanpa Madam Goo. Bersikaplah mandiri. Kalau tabunganmu masih cukup, kau bisa saja membuka kafe atau semacamnya. Dulu Jimin juga begitu. Dia memulai apa-apa dari bawah. Semakin giat bekerja, semakin besar hasil yang akan kau peroleh. Lihat sekarang Oliver adalah restoran yang sangat direkomendasikan oleh anak-anak muda. Dia juga akan buka cabang juga di daerah Gyonggi-do. Ya kalau kau mau mengambil pelajaran dari Jimin, mengenyampingkan rasa tidak sukamu padanya.”
Jimin ya… Jungkook jadi teringat insiden seminggu yang lalu. Sudah seminggu sejak Jungkook nekat ke Oliver Food demi menuntaskan rasa penasarannya akan keadaan Kiara sekarang. Namun sepertinya wanita itu terlihat jauh lebih baik. Makin cantik, makin seksi, makin dewasa. Dan dia teringat pula pada Jimin yang menarik Kiara. Caranya Jimin memandang Kiara membuat Jungkook bertanya-tanya, “Apakah mereka pacaran?”
Tiba-tiba saja dada Jungkook terasa panas. Kebenciannya menguar. “Apa hebatnya keparat itu?” Jungkook meraih botol soju dari hadapan Wooshik lalu menuangkannya untuk dirinya sendiri. “Jangan ungkit namanya lagi. Aku risih.”
“Tch… dasar bocah.”
“Omong-omong Kiara makin cantik. Aku ingin sekali bicara padanya berdua saja.”
Tangan Wooshik tertahan saat hendak membalik daging panggang. “Apa yang kau harapkan lagi darinya setelah semua yang sudah kau perbuat?” tanyanya melanjutkan kegiatannya lagi membalikkan sisi daging yang belum matang di panggangan itu. Serta merta desisan daging serta kepulan asap beraroma sedap menguar di hadapan mereka. “Dia mungkin akan langsung melarikan diri saat melihatmu.”
“Aku tau,” jawab Jungkook sedih.
Wooshik mendengus. “Kau menyesalinya, kan? Tidak ingat apa yang selalu aku bilang dulu? kebencianmu akan membuatmu menyesalinya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Desire [sequel Burning Desire]
Fiksi PenggemarDua orang yang sama-sama hancur, akhirnya kembali terjatuh di kegelapan yang sama lagi. Dan perjalanan keduanya masih tetap dipenuhi luka dan air mata, serta perjuangan laki-laki itu untuk membuktikan bahwa cintanya pada Kiara adalah cinta yang memb...