Chapter 6

155 33 3
                                    

Lolipop di mulut pria dandy itu menonjol di pipi kiri sewaktu ia menggulumnya lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lolipop di mulut pria dandy itu menonjol di pipi kiri sewaktu ia menggulumnya lama. Kaki kanan menapak ke belakang dinding, sementara tangan kiri terjejal di saku celana Chinost Pant hitam sebelah kiri. Tangan kanannya memegang Lollipop. Sesekali memelintir gagangnya, sesekali menarik kepala lollipop rasa jeruk itu lalu menenggelamkannya lagi ke mulut. Begitu berulangkali sampai  si lollipop botak perlahan mengecil keluar masuk bibir penuh godaan abad ini.

Ini masih jam setengah sembilan pagi. Anak-anak SMA yang kebetulan melewatinya spontan memelankan laju. Tertarik ada cowok berparas malaikat: pakai kemeja hitam yang dua kancingnya terbuka---mempertontonkan kulit putihnya ; kaki jenjang dan lengan atletisnya membuatnya tampak begitu padat ingin diremat. 

Wahai Jungkook, kasihanilah anak-anak perawan itu---yang kemungkinan akan kehilang konsentrasinya mengikuti pelajaran di sekolah setelah melihat pemandangan di depan sana. Baru berdiri begitu saja sudah bikin jantung kaum hawa melepuh.

Jungkook tersenyum. Satu di antara tiga orang siswi SMA spontan memekik. Mereka melambai hampir berbarengan pada Jungkook sebelum kejar-kejaran karena sudah terlambat.

“Tampan sekali, aku nyaris sinting!”

“Kenapa tidak pernah lihat kakak itu di sana?”

“Tiap hari aku akan lewat sini.”

Jungkook mendecih kala didengarnya anak-anak labil itu berseru sambil berlari. 

Dia menunduk melihat kancing kemejanya. Barusan saja ia ingin menutupnya, sosok yang sudah dia tunggu sejak tadi muncul dari dalam lobi apartemen. Walau lagi-lagi dia diabaikan.

Jungkook menarik lolipopnya hingga bunyi decapan antar bilah bibirnya terdengar.

“Pagi Kiara …” dia mengiringi langkah Kiara yang melirik padanya sekilas. Paling Cuma dua detik.

“Pergilah, hariku nanti sial.”

Jungkook menghentikan langkah. Wajahnya tampak senang saat buru-buru mengimbangi langkah Kiara lagi.  “Yeay, akhirnya kau melihatku juga. Kukira kau masih anggap aku hantu.” Lengkungan mata Jungkook tampak ceria seperti suaranya.

Kiara tidak melihat betapa Jungkook sangat ingin dia memperhatikannya. Ingin menunjukkan kalau pria itu baru cukur rambut lumayan undercut. Wajahnya tampak cerah dan makin tampan. 

“Sudah sarapan? Sarapan bersamaku, yuk?” sebenarnya Jungkook tau permintaannya terlalu tinggi.

Ya, benar saja Kiara mengabaikannya.

“Apa aku pembawa sial bagimu?” tanyanya.

“Astaga kau cantik sekali pakai baju itu.”

“Kau hari ini keramas ya? wangi shampoonya enak.”

Kiara mencoba sabar walau hatinya sekaan meringis tiap kali Jungkook bicara. Dia sampai di halte. Semalam dia sempat kepikiran bagaimana caranya Jungkook juga ada di halte bersamanya dan Naeun. Apa Jungkook menguntitnya lagi?

Precious Desire [sequel Burning Desire] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang