Tepat setelah kepergian dokter yang memeriksa Sehun pagi itu, Sehun kedatangan tamu. Ia pikir itu pengasuh atau mungkin omanya. Tapi tidak.
"Mami?" Sehun memanggil untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi. Maminya datang tanpa diundang? Apa Sehun harus buat syukuran? Biasanya kalaupun Sehun memintanya datang, Jiwon pasti akan punya seribu alasan.
"Iya, ini mami. Biasa aja ngeliatinnya." Jiwon melepas atribut penyamarannya. Dia barusan mengenakan gamis lengkap dengan kerudung bahkan cadar dan kacamatanya. Semua serba hitam. Sementara di balik semua itu ia hanya mengenakan dress bunga-bunga berwarna cream sebatas lutut.
Jiwon tidak sedang kabur dari kejaran polisi. Melainkan dari pers dan penggemarnya. Kadang Sehun berpikir bahwa ini mungkin alasan mengapa Jiwon malas berkunjung. Karena untuk sekali menjenguk saja, rasanya cukup ribet. Tapi apakah seorang ibu sejati akan seperhitungan itu?
"Udah minum obat?" tanya Jiwon.
Sehun mengangguk. "Mami kok bisa ke sini?" dia masih penasaran dengan sikap tak biasa Jiwon.
"Gak boleh mami ke sini?"
"Kalo sama Sehun si boleh-boleh aja. Tapi biasanya mami yang gak ngebolehin diri mami sendiri."
Jiwon tertohok. Anaknya sudah besar rupanya. Ucapannya sudah mulai nyelekit. Tapi ia tak begitu menghiraukannya.
"Mami bobo sini boleh, ya? Mami cape tau, baru kelar syuting jam 7 tadi. Mami udah gak sanggup nyetir ke apart, jadi ke sini dulu deh. Lokasi syutingnya deket dari sini." Jiwon menceritakan keluhannya sembari merebahkan dirinya di sofa bed sebelah bangsal Sehun.
Hati Sehun nyeri lagi. Ternyata itu alasan Jiwon datang tanpa diundang. Hanya mau numpang tidur. Sehun terkhianati ekspektasinya sendiri.
"Boleh kok, mami mau tinggal di sini juga boleh."
Setelahnya Jiwon tak membalas lagi, memilih memejamkan matanya. Tapi setelahnya Sehun kembali bersuara, "Mami?" panggilnya pelan.
Jiwon yang memang belum pulas, berdehem masih dengan kedua mata terpejam.
"Mau bobo sebelah Sehun gak? Masih banyak kok space nya. Ini kasurnya bisa ngilangin pegel-pegel juga."
Jiwon tak menjawab, tapi dia langsung bangun dan menuruti ucapan putranya. Ia langsung memejamkan matanya lagi setelah berbaring di sebelah Sehun.
Kali ini Sehun pikir ibunya akan tidur sambil memeluk tubuhnya. Tapi sekali lagi, memang tidak seharusnya menaruh ekspektasi tertentu pada manusia. Jangankan memeluk, Jiwon bahkan tertidur membelakanginya. Tapi tak apa. Setidaknya setelah beberapa tahun, akhirnya Sehun kembali merasakan tidur seranjang dengan sang ibu.
"Mami, i love you." cicitnya sembari menatap nanar punggung Jiwon.
***
Dua jam lamanya Jiwon tertidur pulas. Sampai tak menyadari kedatangan sang mantan mertua.
"Mami jam berapa datengnya, sayang?" tanya Hyesoo pada cucunya.
"Jam setengah delapan pagi tadi, Oma." jawab Sehun. Dia sambil menggeser sedikit tubuhnya untuk menerima suapan apel dari tangan sang nenek.
"Mbak Irene tadi telfon, katanya dia izin dulu hari ini lagi gak enak badan." Hyesoo menerangkan perihal pengasuh Sehun.
"Iya, gapapa, Oma. Untung tadi mami dateng, padahal baru pulang syuting banget."
Hyesoo tersenyum sambil menatap sang mantan menantu yang masih pulas. "Mami capek banget, ya, keliatannya? Udah makan belum ya, kira-kira?" tanya Hyesoo penuh perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fly Me To the Moon
Fiksi PenggemarSehun seorang pasien kanker kesepian. Yang bercita-cita ingin terbang ke bulan. Sampai takdir mempertemukannya dengan dokter intern, Chanyeol dan kawan-kawannya. Terjadi dilema yang berat antara fokus membantu kesembuhan Sehun atau mewujudkan cita...