Part 3

185 30 2
                                    

"Kok gue jadi kepikiran, ya mas?" Chanyeol bertanya dengan tatapan lurus dan kosong.

"Ngapain dipikirin sih, namanya juga bocah." tutur Suho dengan santainya sembari melahap makan siangnya.

Keduanya dan beberapa rekan dokter yang lainnya kini makan di sebuah restoran tak jauh dari rumah sakit. Karena menurut mereka makanan di kantin rumah sakit tidak ada yang menyelerakan, harganya mahal-mahal pula.

"Bentar lagi juga lupa tuh sama khayalannya."

"Emang apaan sih?" Baekhyun ikut menimbrung. Dia tak paham dengan arah pembicaraan rekan dan juniornya itu.

Chanyeol mengode Suho dengan lirikan. Pria itu pun menjelaskan seluk-beluk yang sekarang sedang menjadi beban pikiran Chanyeol. Yang menyimak tak hanya Baekhyun, tetapi Kyungsoo, Lay, juga Kai.

"Oalah.. hahahaha.." keempat dokter itu terbahak mendengar penjelasan Suho. Yang akhirnya mengundang Suho untuk ikut tertawa.

"Chan, Chan, khayalan tingkat gak manusiawi gitu kenapa lu pikirin sih." ujar Kai.

"Itu kalo lu ngomongin mau bawa dia ke bulan ke Pak Kepala, digebukin lu sama dia." ucap Lay.

"Mas, maksud gua bukan mau bawa dia ke bulan juga. Gua masih punya akal," Chanyeol mencebik kesal karena orang-orang ini seperti menganggapnya tak waras. "Yang bikin gua kepikiran tuh, dia keliatan sungguh-sungguh sama cita-citanya itu."

"Angan-angan, Chan. Bukan cita-cita." tutur Kyungsoo.

"Ya, apalah itu. Lagian, mas Suho ngapain kemarin pake janjiin segala coba? Kalo cuma becanda, kasian tau mas."

"Ya, karna gue tau gak bakal mungkin dia bisa dapet izin semua dokter di rumah sakit. Makanya gue terus yang check up tempat dia. Biar dia gak ketemu dokter lain."

"Kalo gitu kenapa tadi diganti jadi gue?"

"Biar gue gak sendirian lah." sontak mereka semua terbahak mendengar penuturan Suho. Terkecuali Chanyeol.

"Tsk! Cari penyakit lu, Mas." Chanyeol membuang muka. "Lu pada gak tau kan, miris banget gue liat mukanya pas berharap banget tadi."

Melihat wajah Chanyeol sama sekali tak menanggapi candaan mereka, kelimanya pun terdiam. Masing-masing dari mereka kini mulai merasa sesal.

"Terus lu mau kita ngapain?" Lay mulai merespon serius.

"Bantu dia,"

"Ke bulan?"

"Kaga, njir!"

"Terus?"

Chanyeol memfokuskan pandangannya pada Kai. Kai geli sendiri, "Dih, kenapa lu liatin gue begitu?"

"Bang Chen anak teknik elektro kating kita dulu, inget?" tanya Chanyeol.

Kai mengangguk, "Ingetlah, kenapa?"

"Gue butuh bantuan lu buat ketemu dia besok."

***

Semenjak, hari di mana Chanyeol mendengar cita-cita Sehun, mereka menjadi semakin dekat. Dia meminta Suho agar jadwal follow up Sehun hanya di bebankan padanya saja. Dia mulai bertanya lebih dalam tentang Sehun. Tentang keluarganya, siapa ayah, ibu, dan saudaranya.

"Sehun anak tunggal, Mas." saking akrabnya, sekarang Sehun sekarang ia izinkan memanggilnya dengan sebutan mas. "Dulu pengen punya adek, tapi kata mami ngurus anak kecil tuh susah. Mami takut gak cantik lagi. Mami kan artis."

"Serius?" Chanyeol langsung penasaran mendengarnya. Dia hampir tahu semua artis tanah air. Yang dia tidak pernah dengar adalah ada seorang artis yang mempunyai anak dengan penyakit mematikan dan sedang di rawat di rumah sakit tempatnya bekerja. Tapi ia baru ingat, bukankah Sehun memang suka berhalusinasi?

Di samping itu, Sehun justru mengangguk meyakinkan. "Mamaku Jiwon Brigitta, mas gak kenal? Sering main ftv, masih sering meranin pemeran utama anak gadis saking cakepnya."

Sekali lagi Chanyeol syok. Masalahnya Jiwon itu salah satu artis favoritnya. Dan selalu cocok dalam karakter yang ia perankan, baik protagonis maupun antagonis. Chanyeol tahu umur Jiwon bahkan selisih lebih tua 10 tahun dari umurnya, tapi tak ia pungkiri kharisma Jiwon bahkan melebihi gadis belia yang biasa ia jumpai. "Beneran kamu anak mbak Jiwon? Gak mirip sama sekali,"

Sebenarnya Chanyeol masih tak percaya. Tapi begitu Sehun menunjukkan wallpaper ponselnya pada Chanyeol ia langsung bungkam.

Sehun kecil dipangkuan ayahnya dan juga Jiwon yang memeluk leher sang suami. Dan ya, terang saja Sehun tidak mirip ibunya sama sekali, ternyata wajahnya memang plek ketiplek sang ayah.

Foto keluarga ini, sama sekali tak pernah di upload oleh Jiwon ke media sosialnya. Ini kali pertama Chanyeol mengetahui bagaimana rupa suami Jiwon. Mantan suami tepatnya. Yang selama ini pihak pers dan penguntit dari pelosok manapun tak pernah bisa mendapatkan informasi tentangnya.

"Selama ini baby S itu kamu?"

Belasan tahun yang lalu, memang santer terdengar kabar bahwa Jiwon telah menikah. Tapi siapa dan bagaimana rupa suaminya, tidak ada yang tahu. Mereka hanya tahu bahwa suami Jiwon seorang pengusaha sukses saking rapatnya Jiwon menutupi identitas suaminya.

Kemudian, setelah beberapa lama Jiwon dikabarkan hamil. Tapi sama saja, sampai ia melahirkan dan sampai detik ini tak ada seorangpun yang berhasil mengendus identitas putranya juga. Jiwon menyebut anak itu dengan baby S. Bayi yang sama sekali tak pernah ia tampilkan foto maupun videonya di media.

Sehun mengangguk, "Hebat kan mami, sampe sekarang nutupin identitas aku sampe orang masih kenalnya aku si baby S. Padahal sekarang udah remaja. Tapi ada untungnya buat mami juga, sekarang ga ada yang tau juga kalo anaknya lagi sakit keras. Jadi mami gak perlu malu."

"Mulai.. mulai.. ngaco mulutnya.." Chanyeol selalu terlihat kesal jika Sehun berbicara yang tidak-tidak tentang keadaannya. "Itu semua kan mami kamu lakuin dari dulu, emang karena dia mau ngelindungin kamu dari pers aja."

"Ih, tapi aku serius loh. Mami aja jarang gitu jengukin atau minimal video call. Kalo video call pasti harus ke tempat sepi dulu, terus bisik-bisik ngomongnya. Mana buru-buru pula."

"Berarti mbak Jiwon pernah dateng ke sini?" Chanyeol nampaknya malah salah fokus pada pembahasan mereka.

Sehun hanya mengangguk. "Kalo mas mau lihat, biasanya pake baju gamis syar'i, lengkap sama cadarnya."

"Wih, pasti cantiknya nambah." Jiwon yang selama ini ia lihat hanya dengan pakaian dress selututnya, atau kaus lengan pendek serta skinny jeansnya, belum pernah ia bayangkan berbalut pakaian muslimah. Tak terpikir akan seanggun dan secantik apa wanita itu.

"Kasihan cuma bisa suka, masih kalah sama papiku yang udah bisa bikin mami ngelahirin anaknya." cibir Sehun.

"Nanti kalo aku berhasil jadi papa tirimu, jangan kaget loh." balas Chanyeol.

"Mana mami mau, mami itu matre. Emang gaji mas udah berapa sekarang?"

Waduh kalau soal gaji jelas Chanyeol kalah telak. Gajinya sebagai dokter magangpun tak mencapai batas UMR. Bahkan sampai sekarang dia masih dikirimi biaya kehidupan oleh sang ayah.

"Ya deh, gak bisa. gak bisa." Chanyeol terlihat bete.

"Iya mas, selain ilmu bela diri, ilmu tahu diri itu juga perlu."

"Iya udah, gak usah diingetin lagi Sehun.."

Sehun hanya menunjukkan cengiran tanpa dosanya. Matanya membentuk seperti bulan sabit. Hal yang membuat dilema berat bagi Chanyeol sekarang. Tentang sampai kapan senyum itu akan bertahan. Haruskah ia fokus pada keselamatan Sehun terlebih dahulu atau justru mewujudkan cita-cita Sehun sebelum senyum itu lenyap?

Fly Me To the MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang