Part:35

7.5K 817 87
                                    

Seorang pemuda mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan dengan air mata yang terus saja mengalir membasahi pipinya.

Dia akhirnya menghentikan mobilnya di tempat yang lumayan sepi, hendak menumpahkan emosi dan rasa sedihnya.

"Akhhh" teriak pemuda itu memukul stir mobilnya kuat

Tak berselang lama isak tangis pun terdengar, pemuda itu menumpahkan kesedihannya, merutuki dirinya sendiri atas perbuatan yang dia lakukan.

"Hiks hiks, Nathan hiks"

"Maafin abang hiks"

"Semua gara-gara abang hiks" isak pemuda itu, siapa lagi kalau bukan Elvano Alberto.

"Padahal dulu abang berjanji menjaga kamu hiks"

"Tapi gara-gara abang...hiks, gara-gara abang.. Nathan hiks"

"Maaf hiks..." lidahnya begitu kelu dia tidak bisa melanjutkan perkataannya sendiri, yang bisa dia ucapkan hanya kata maaf berharap Nathan bisa mendengarnya.

Elvan keluar dari mobilnya dan terduduk di tepi jalan raya itu menundukkan kepalanya masih dengan tangisan yang terdengar begitu pilu.  Dia benar-benar merasa menyesal, karena rasa dendam dan amarahnya membuat Nathan yang sudah dia anggap adeknya sendiri yang harus menanggungnya.

"Nathan.... abang... hiks"

Tak berselang lama, ponsel miliknya berbunyi pertanda ada panggilan yang masuk, Elvan mengabaikan panggilan itu. Pikirannya sekarang benar-benar kacau, perasaan bersalah menghantuinya, dan dia sekarang hanya ingin sendirian.

Hiks hiks

"Tolong"

"Tolongin saya"

"Tolongg..."

Elvan mengangkat wajahnya mencari sumber suara, karena penglihatannya yang buram akibat air mata, dia tidak bisa melihat jelas.

Elvan mengangkat bahunya acuh dan kembali menyalahkan dirinya lagi, tapi lagi-lagi suara minta tolong itu terdengar. Elvan berdecak kesal dan menghapus air matanya, setelah penglihatannya kembali normal dia kembali mencari sumber suara itu.

Elvan bisa melihat seorang ibu-ibu berlarian dan seperti dikejar oleh beberapa orang. Elvan mengambil pistol di mobilnya dan juga masker diwajahnya berniat menolong ibu-ibu itu.

Yahh Elvan memang tidak bisa membiarkan wanita terluka, karena itu mengingatkannya kepada mama dan adeknya.

Elvan berlari mendekati ibu-ibu itu ketika orang-orang tadi berhasil menangkapnya.

Tanpa pikir panjang Elvan langsung saja menembak mereka tepat di kepala 2 orang yang menahan ibu-ibu tadi.

"AAAA" teriak ibu-ibu itu mendengar suara tembakan di dekatnya.

Dia langsung membolakan matanya kaget ketika melihat orang-orang yang memegangnya tadi sudah dipastikan tidak bernyawa lagi karena tembakan itu.

Ibu-ibu itu menjauhkan dirinya ketika Elvan mendekatinya.

"Ibuk gapapa kan?" Tanya Elvan

"J-jangan mendekat" ujar Ibuk itu bergetar ketakutan, dia bisa tau kalau dihadapannya ini seorang psikopat, karena lihatlah dia dengan santainya nenginjak kepala orang yang terkapar akibat tembakannya tadi.

"Jangan takut buk, saya cuma mau menolong ibuk"

"Saya juga tidak menyakiti wanita" ujar Elvan dan mendekati ibuk itu lagi yang sudah terjatuh duduk di jalanan karena terus mundur ketakutan.

Setelah Elvan berada di jarak yang sangat dekat dengan ibuk itu, dia malah membolakan matanya kaget ketika melihat ibuk itu yang terasa sangat familiar.

Nathan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang