Bab 1 | Ditinggal

1.2K 100 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Loh, yang lain mana, Bun? Aku ditinggal?"

Aksa mematung di depan pintu, memandang nanar pelataran rumah yang kosong. Padahal tadi mobil Ayah masih terparkir rapi di sana. Setelah sarapan Aksa pamit untuk mengambil ponsel yang tertinggal di kamar. Saat kembali, meja makan sudah kosong. Aksa pikir mereka langsung menunggu di mobil. Tetapi saat keluar, Aksa malah mendapati bundanya berdiri seorang diri di teras rumah. Mobil Ayah sudah menghilang, makanya Aksa bisa berasumsi jika dirinya sudah ditinggal. Namun, Aksa juga salah, sih, ia sempat mampir ke kamar mandi untuk panggilan alam, jadinya agak lama. Tetapi Aksa tetap tidak terima dirinya ditinggal begitu saja, apakah tidak bisa menunggu sedikit lebih lama?

"Aduh, maaf banget, sayang. Tadi Bang Arfan tiba-tiba dapat pesan suruh datang lebih awal. Kamunya juga lama banget ke kamar, padahal cuma ngambil hp doang. Bunda udah bilang supaya nunggu kamu sebentar lagi, tapi karena Bang Arfan gak sabaran jadi minta berangkat duluan," terang Bunda dengan raut menyesal. "Kamu naik bus aja, ya. Atau mau Bunda pesanin taksi?"

Aksa mendengkus kesal, kesal sekali. Bukan dengan Bunda, tapi kakaknya. Aksa tidak mengerti mengapa kakaknya bisa begitu kejam padanya. Memang kalau telat sedikit saja dia akan langsung dikeluarkan dari sekolah apa? Tidak, kan? Lalu apa susahnya jika menunggu sebentar lagi? Andai yang ada diposisinya sekarang adalah Artha, Aksa yakin seribu persen Arfan rela mengorbankan waktunya untuk menunggu anak itu.

Benar juga, Arfan hanya akan bersikap manis pada Artha. Sementara dirinya? Hanya barang tidak berguna.

"Naik bus aja, taksi mahal." Aksa menjawab ketus. "Kalau gitu aku berangkat." Mencium punggung tangan Bunda. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumssalam. Jangan cemberut gitu, nanti gantengnya hilang."

Aksa tidak menjawab dan terus melangkah maju.

——

"Tunggu, Pak!"

Aksa berlari secepat kilat saat Pak Warto menghentikan aksinya menutup gerbang karena seruannya, memanfaatkan kesempatan itu untuk menyelinap masuk dalam gerbang.

Aksara SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang