Bab 2 | Hukuman

636 92 8
                                    


"Nasib orang ganteng gini amat yak, sampai disuruh berdiri di lapangan segala. Kalau ada yang meleng terus nabrak tembok gara-gara ngelihat ketampanan gue gimana, coba? Ish, ish, ish, gak habis tingking Aksa."

Aksa kembali menggerutu di tengah-tengah hukumannya, menghilangkan rasa bosan karena ia memang tidak bisa diam lama-lama. Berdiri sambil hormat pada bendera adalah hukuman yang harus Aksa terima. Pak Toto benar-benar tak memberi toleransi pada siapapun yang terlambat di jam pelajarannya. Apalagi jika itu Aksa, pemuda tampan yang sayangnya suka sekali melanggar aturan. Aksa masih kelas 10, tapi namanya sudah terkenal dengan label 'badung' di belakangnya.

Baru lima belas menit Aksa menjalani hukuman. Panas matahari di jam-jam segini juga masih bagus untuk kesehatan, tapi karena dasarnya Aksa adalah 'remaja jompo', disuruh berdiri sebentar saja kakinya mulai kesemutan. Aksa beberapa kali menurunkan tangan, membungkuk dan meregangkan dua kakinya. Kalau bisa Aksa ingin kabur saja dari tempat ini, ngacir ke kantin atau bersembunyi di ruang UKS, tapi sepasang mata yang mengawasinya di ujung sana membuatnya tak bisa melakukan apa-apa.

Bukan Pak Toto, tapi si Arfan. Iya Arfan, kakak satu-satunya yang Aksa punya. Arfan masih mengawasi anak-anak yang sedang latihan passing bola voli, tapi selang beberapa detik lelaki itu akan mengarahkan pandangan ke arah Aksa dengan sorot tajam, menjiplak tatapan Pak Toto yang diberikan pada Aksa beberapa waktu lalu. Entah bagaimana ceritanya Arfan jadi satu kubu dengan Pak Toto. Alih-alih membantu meringankan hukuman adiknya, lelaki itu malah mendukung semua keputusan Pak Toto dalam menghukumnya. Aksa kembali dibuat dongkol. Bukankah Aksa ada diposisi sekarang juga karena lelaki itu?

"Anjir, baru lima menit, perasaan gue udah berdiri lama banget." Aksa terbelalak saat melirik arloji di pergelangan tangan dan mendapati jarum jam hanya berpindah sedikit dari waktu dirinya melihat jam sebelum ini.

"Panas banget lagi, ini kalau pulang-pulang gue jadi ikan asin gimana ya?" Aksa kembali mendongak dan matanya langsung menyipit kala sinar mentari seakan menusuk retinanya. Rasa pening seketika merambat dikepala, kening Aksa pun dibuat menyerngit karenanya.

Ini yang Aksa tidak suka jika disuruh berdiri dalam waktu yang lama, apalagi di bawah terik matahari, kepalanya akan berdenyut dan pandangannya berbayang. Aksa masih bisa mempertahankan kesadaran, tapi rasanya sungguh tidak nyaman. Karena itu Aksa memilih untuk tidak mengarahkan wajahnya ke langit, tangannya masih bertengger di atas dahi tapi pandangannya ke arah bawah. Aksa tidak mau menyiksa diri sendiri dengan menantang matahari.

Karena sudah seperti ini, Aksa kembali merutuki Arfan di dalam hati. Bisa-bisanya lelaki itu masih membiarkannya menjalankan hukuman ini disaat dia sendiri tahu seberapa jomponya adiknya yang satu ini. Arfan benar-benar kakak yang kejam. Aksa kembali diingatkan dengan fakta jika Arfan tidak pernah sekejam ini pada Artha. Mengingat itu membuatnya mendengkus.

"Aksa."

Aksa kontan menolehkan kepalanya ke samping, tapi karena tindakan itu pandangannya jadi berbayang. Aksa mengerjapkan matanya berulang kali, menghilangkan titik buram di netranya. Sangking fokusnya Aksa sampai tidak sadar jika si pemanggil sudah menarik pundaknya untuk dihadapkan padanya sembari memanggilnya dengan nada cemas.

"Sa, kenapa?"

Aksa tersenyum dan menggeleng saat wajah sang kembaran sudah bisa ia lihat dengan jelas, tidak sekabur tadi. "Gak, gue gak papa. Lo kok di sini?"

Artha mengembuskan nafas lega lalu menurunkan satu tangannya dari bahu Aksa. "Dari perpus. Nih, pinjam majalah. Disuruh Bu Susi. Terus lihatin Bang Arfan ngeguru, eh, gak sengaja lihat lo berdiri di sini, gue samperin. Pagi-pagi udah kena hukum aja. Lo habis ngapain?"

Aksa melirik tumpukan buku ditangan Artha. Lalu saat nada bicara Artha berubah dikalimat akhir, Aksa kembali diingatkan dengan alasannya berada di sini, bibirnya mengerucut. "Telat," decaknya.

Aksara SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang