"Benar, nyatanya manusia memiliki batas lelahnya masing-masing."
—Ayra Navita Abdipati.
***
Malam ini gerimis, seorang pria tampan yang tengah duduk di kursi kerjanya hanya bisa memainkan kursi tersebut ke kiri dan ke kanan untuk mengusir rasa jenuh sembari berpikir kritis tentang niat yang terus-menerus memenuhi isi kepalanya. Pun sembari mengetukan pulpen dengan meja kerja untuk menghilangkan kesunyian yang hanya diisi oleh bunyi gerimis saja.
Pikirannya benar-benar beradu sedari tadi sore sampai sekarang, di mana jam menunjukkan pukul sebelas malam, cukup lama, kan? Otaknya kembali menarik benang merah yang terasa kusut dan berantakan, mengaitkan satu persatu supaya semuanya menjadi padu.
"Kayaknya kamu sama Ivy udah seharusnya cepat-cepat serius, Raka. Kita harus cepat-cepat mengambil langkah karena hubungan kalian juga bukan lagi hubungan yang main-main, kan? Kalian udah sejauh ini menjalani hubungan. Kalian udah lama saling kenal, udah saatnya kalian menikah."
Perkataan Vina, ibunda dari Raka seolah terus berputar di kepala pria tersebut. Ia terus-menerus memikirkan apakah yang disampaikan oleh sosok yang melahirkannya ini adalah sebuah kebenaran? Apakah Raka harus mengambil langkah serius secepatnya supaya ia dan Ivy bisa terus bersama?
"Tapi, Bu, keluarga Ivy itu keluarga besar. Ibu tau sendiri kan kalau Ivy itu bukan cucu pertama, adat di keluarga Pati itu sangat kental, gak boleh langkah-langkahan. Aku udah yakin kok sama Ivy, Bu. Udah yakin banget malah. Tapi kalau harus sekarang, kayaknya enggak dulu deh, Bu. Masih banyak saudara Ivy yang harus menikah terlebih dahulu supaya Ivy dan aku bisa menikah."
"Kamu harus bicara sama keluarga besarnya Ivy, Raka. Ibu bisa minta tolong ke kakek kamu supaya bilang ke opa Ivy, kalian bisa kok segera menikah. Kamu tau, Raka? Feeling seorang ibu itu gak akan pernah salah, gak tau kenapa ibu merasa kamu dan Ivy harus segera menikah. Ibu takut hal buruk terjadi di antara kalian berdua. Besok, coba bicara sama keluarga besar Ivy, bicara sama orang tua Ivy, ibu yakin kalau mereka menolak, pasti ada salah satu pihak yang setuju. Ibu yakin kalau ada yang mau kalian berdua cepat-cepat menikah."
Jika sudah seperti ini ceritanya, apakah Raka harus percaya dengan ibundanya? Apakah Raka harus yakin jika ia harus mengambil langkah dan keputusan yang besar? Apakah Raka sudah siap untuk membicarakan ini semua besok?
Huh ... rasanya otak Raka akan pecah saja. Raka merasa nyut-nyutan sedari tadi sore karena tak kunjung usai juga pikirannya ini.
***
Pagi ini seperti biasanya, Raka memang selalu datang ke rumah keluarga Pati, rumah keluarga besar dari kekasihnya, Ivy. Entah ada yang spesial atau bagaimana dengan hari ini sehingga keluarga Vianly yang memang jarang sekali Raka temui, kini hadir di tengah-tengah mereka semua.
Perlu Raka jelaskan nampaknya, keluarga Vianly adalah keluarga dari ibunda Ivy, Vanya. Keluarga Vianly merupakan keluarga dokter terhormat yang ada di negara ini. Nampaknya semua orang sangat kagum dengan kecerdasan keluarga Vianly dan adat istiadat yang ada di dalamnya. Walaupun memang tak sebesar keluarga Pati yang memiliki banyak keturunan, keluarga Vianly hanyalah memiliki putri tunggal yakni Vanya dan satu cucu penerus yakni Ivy.
Jika ada yang bertanya apakah Raka tertekan ada di tengah-tengah keluarga hebat di ranah kedokteran, tentunya dengan lantang ia akan menjawab jika ia tertekan sekali. Ia merasa bahwa dirinya sendiri tidak layak di tengah-tengah mereka semua, ia merasa bahwa dirinya masih harus hanyak belajar lagi supaya bisa memantaskan diri berada di tengah-tengah ini semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter VS Akuntan
RomanceSequel dari "MIPA VS AKUNTANSI" Sangat disarankan untuk baca MIPA VS AKUNTANSI terlebih dahulu. Pernahkah kalian merasa diasingkan oleh keluarga sendiri? Pernahkah kalian merasa dianaktirikan oleh keluarga sendiri? Padahal, nyatanya kalian sudah men...