12. Fans

53 21 100
                                    


Ohayou gozaimasu¹, Tuan dan Nyonya Burung!” sapa Chiharu pada sepasang burung kecil yang sedang bertengger di salah satu dahan pohon.

Sembari melangkah riang, Chiharu bersenandung merdu di pagi hari ini. Masih mengusung tema liburan musim panas, dia mengenakan gaun putih selutut dengan topi bundar di atas kepala. Di dalam dekapannya, terdapat kantung kain berisi bekal yang seharusnya dibawa oleh kakaknya pagi tadi. Oleh karena itu, Chiharu sedang mengantarkannya ke SMP Gakushuin di mana kakaknya berada.

Tap. Tap. Tap. Tap.

Setelah melalui apartemen yang terletak di ujung jalan dekat rumah, Chiharu kemudian berjalan pada turunan sambil memperhatikan langkahnya dengan hati-hati. Barulah ketika hampir sampai di perempatan jalan yang biasanya akan dia lewati, Chiharu berbelok pada sebuah jalan yang lebih kecil. Berharap dengan begitu, dia akan memotong jarak tempuh.

Namun dengar-dengar, di jalan yang akan dilaluinya ini, ada seekor anjing besar yang ditakuti oleh anak-anak di daerah sana—karena kabarnya anjing itu suka menggonggong lalu menggigit anak yang nakal!

“Dasar anjing sialan! Aku cuma mau lewat! Jangan menyalak seperti itu, dong!”

Baru juga dipikirkan, sepertinya sudah ada korban. Chiharu tidak merasa takut, dia justru buru-buru mendekati sumber suara dan menemukan seorang remaja laki-laki dengan rambut kemerahan sedang berbicara dengan anjing berjenis Akita di halaman sebuah rumah.

“Aku cuma mau ambil bola basket. Awas saja kalau kau gigit—GYA!!” Dari mulut gerbang, remaja laki-laki itu dengan sekejap sudah menjauh dan menempel pada pembatas seberang jalan. Sambil ngos-ngosan dan bercucuran keringat pada wajahnya yang tampak kesal, dia terus saja mengomel, “Kau benar-benar mau menggigitku, hah?!”

Ano²—permisi. Apa ada yang bisa aku bantu?” ujar Chiharu menawarkan bantuan.

“APA—“ remaja laki-laki itu menoleh dengan galak. Saat melihat Chiharu yang terkejut, tiba-tiba saja ekspresi remaja laki-laki itu melunak, begitu pun suaranya yang melembut. “Sorry. Aku tidak bermaksud. Aku hanya...kaget.”

Chiharu tertawa pelan. “Tidak apa-apa. Apa ada yang bisa aku bantu?”

“Itu—tidak. Aku bisa sendiri.” Remaja laki-laki itu meneguk ludah susah payah, lalu mulai melangkah. Akan tetapi saat anjing itu kembali menggonggong, kakinya mundur dengan cepat dan lengannya berusaha menutup setengah wajahnya yang kentara sekali tampak syok dan ketakutan. "Kuso³."

Mengabaikan gonggongan, Chiharu lalu masuk ke halaman sembari mengucapkan permisi. Anjing itu ganti menyalak pada Chiharu, tetapi berkat tali yang mengekang, moncong si anjing yang berliur pun tidak bisa menggapai Chiharu. Setelah berhasil mendapatkan bola basket, Chiharu terdiam agak lama. Gadis itu lalu membungkuk di hadapan makhluk berbulu untuk mengelusnya. Seakan keajaiban, anjing itu tiba-tiba duduk dengan tenang dan menggoyang-goyangkan ekornya dengan senang.

 Seakan keajaiban, anjing itu tiba-tiba duduk dengan tenang dan menggoyang-goyangkan ekornya dengan senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Forget Him NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang